Kamis, 21 Mei 2015

REFORMASI MANAJEMEN MUTU TERPADU DI PERGURUAN TINGGI


REFORMASI MANAJEMEN MUTU TERPADU DI PERGURUAN TINGGI

Desi Rahmawati[1]


Abstrak: Penulisan ini bertujuan untuk melakukan refleksi tentang aplikasi TQM di perguruan tinggi. 2) meredesign fungsi BAN PT selaku pelaksana kendali mutu pendidikan. Metode yang digunakan adalah metode studi pustaka. Dari kajian ini dapat disimpulkan bahwa kualitas layanan pelanggan tidak lagi hanya bermakna kesesuian dengan spesifikasi-spesifikasi tertentu, tetapi kualitas tersebut ditentukan oleh pelanggan. Selain itu BAN PT harus berani meredesign lembaganya untuk peningkatan mutu lembaga yang diakreditasi dengan melihat kinerja yang sedang berjalan/perbaikan yang sedang dilakukan.


Abstract: This study aims to reflect on the application of TQM in higher education. 2) redesign function BAN PT as the quality controls agencies. The method used is literatur review. From this study it can be concluded that the quality of customer service is no longer simply means conformity with certain specifications, but the quality is determined by the customer. In addition BAN PT should dare redesign institute to improve the quality of institutions that are accredited by looking at the ongoing performance.

Keywords: Total Quality Management, Higher Education.

PENDAHULUAN
Peringkat perguruan tinggi Indonesia dikancah internasional belum kunjung menggembirakan. Berdasarkan Quacquarelli Symonds (QS) University Rangkings Asia 2014 yang dipublikasikan pada pertengahan Mei 2014 menunjukkan tidak ada satu pun universitas di Indonesia yang mampu menembus level 50 besar Asia. Universitas Indonesia berada pada posisi tertinggi (71), disusul oleh Instutut Tekhnologi Bandung (125), Universitas Airlangga (127) dan Universitas Gajah Mada (145) (Kompas, 23/05/2014).
Apabila melihat dari indikator penilaian yang digunakan oleh QS, maka akan ditemukan indikator yang nyaris serupa dengan lembaga perangking lainnya. Jika melihat indikator penilaian yang digunakan oleh Shanghai Jiatong  Academic Rangking of World University misalnya, maka akan ditemukan beberapa indikator serupa yang menjadi penilaian,  yaitu publikasi internasional dan jumlah mahasiswa asing yang belajar. Shanghai Jiatong  Acadenic Rangking of World University menggunakan publikasi ilmiah untuk masuk kedalam artikel Nature and Science sebagai salah satu syarat utama dalam penilaian.
Terlepas dari metode dan indikator penilaian yang digunakan oleh QS dan lembaga pemeringkat lainnya, hal ini membuktikan bahwa perguruan tinggi di Indonesia masih perlu mengejar ketertinggalan, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan mereformasi manajemen mutu terpadu di perguruan tinggi.
Institusi disebut bermutu, dalam konsep TQM harus memenuhi spesifikasi yang ditetapkan yaitu quality in fact (mutu sesungguhnya) dan quality in perception (mutu persepsi). Standar mutu produksi dan pelayanan diukur dengan kriteria sesua spesifikasi, cocok dengan pembuatan dan penggunaan, tanpa cacat (zero defect dan selalu baik sejak awal (rights first time and every time). Mutu dalam persepsi diukur dari kepuasan pelanggan atau pengguna, meningkatnya minat, harapan dan kepuasan pelanggan. Dalam penyelenggaraannya quality in fact merupakan profil lulusan institusi pendidikan yang sesuai dengan kualifikasi tujuan pendidikan, yang berbentuk standar kemampuan dasar berupa kulifikasi akademik minimal yang dikuasai oleh peserta didik. Sedangkan quality in perception pendidikan adalah kepuasan dan bertambahnya minat pelanggan eksternal terhadap lulusan institusi pendidikan yang dalam hal ini perguruan tinggi.
Menurut Covey dalam Hardjosoedarmo (2002:34) bahwa Total Quality Management (TQM) merupakan strategi organisasional menyeluruh yang melibatkan semua jenjang pimpinan, staf pimpinan  dan karyawan, setiap orang terlibat dalam proses Total Quality Management Management (TQM) kata “total” berarti keterlibatan semua elemen-elemen  oraganisasi dalam menjalankan tugas. Selanjutnya Gaspersz (2005:4) mengartikan ”Total” dalam Total Quality Management Management (TQM) adalah semua komponen organisasi terlibat  berlangsung secara terus- Sementara“ manajemen” didalam Total Quality Management (TQM), berarti pengelolaan setiap orang yang berada di dalam organisasi, apapun status, posisi atau perannya. Mereka semua  adalah manajer dari tanggung jawab yang dimilikinya.
Dalam manajemen kualitas, pemimpin adalah orang yang melakukan hal-hal yang benar (people who do the right thing), sedangkan manajer adalah orang yang melakukan sesuatu yang benar (people who do thing right). Dengan demikian seorang manajer yang melaksanakan kepemimpinan kualitas dalam manajemen kualitas berarti orang itu melakukan sesuatu yang benar dengan cara-cara yang benar. Manajemen kualitas membutuhkan keterampilan kepemimpinan dan manajemen, sehingga membutuhkan kehadiran pemimpin dan manajer secara bersama dalam organisasi itu. Lihat gambar di bawah ini gambar. Dinamika Perbaikan Manajemen Kualitas dalam Konsep Deming PDSA.
 













Gambar. 1. Dinamika Perbaikan Manajemen Kualitas dalam Konsep Deming

Sumber Data : Vincent Gaspersz, Total Quality Management. p. 200

Hakekat Total Quality Management (TQM)  atau manajemen kualitas terpadu sebenarnya adalah filosofi dan budaya (kerja) organisasi (phylosopy of management) yang berorentasi pada kualitas. Tujuan (goal) yang akan dicapai dalam organisasi dengan budaya  Total Quality Management (TQM) adalah memenuhi atau bahkan melebihi apa yang dibutuhkan (needs) dan yang diharapkan atau diinginkan (desire) oleh pelanggan. Total Quality Management (TQM), merupakan konsep yang kini sangat diminta dilingkungan bisnis dan akademisi.
Pada dasarnya Total Quality Management (TQM) itu bukanlah pembebanan ataupun pemeriksaan. Tetapi, adalah lebih dari usaha   untuk melakukan sesuatu  yang benar setiap waktu, dari pada melakukan pemeriksaan (cheking) pada waktu tertentu ketika terjadi kesalahan.  Chang Zeph Yun, Yeong Wee yong dan Lawrence Loh (1998: 2) telah mendefinisikan bahwa: Total Quality Management (TQM), adalah  pendekatan manajemen sebuah organisasi, yang berpusat pada mutu, berdasarkan pada partisipasi semua anggotanya dan bertujuan sukses jangka panjang melelui keputusan pelanggan, serta keuntungan bagi anggota organisasi  dan masyarakat.
Menurut Nasution (2004: 27) Total Quality Management (TQM) merupakan suatu sistem menejemen yang berfokus pada semua orang atau tenaga kerja, bertujuan untuk terus-menerus meningkatkan nilai yang memberikan bagi pelanggang dengan biaya penciptaan nilai yang lebih rendah daripada nilai sesuatu produk, memerlukan komitmen semua komponen organisasi terhadap perbaikanseluruh aspek menejemen organisasi.
Adapun yang menyangkut unsur-unsur Total Quality Manajement (TQM) menurut   Joseph M. Juran dalam Creech (1996:70) adalah meliputi;  a)   kualitas menjadi bagian dari setiap agenda manajemen atas  b)  sasaran kualitas dimasukkan dalam rencana bisnis. c) jangkauan sasaran diturunkan dari benchmarking, fokus adalah pada pelanggan dan pada kesesuaian kompetisi, di sana adalah sasaran untuk peningkatan kualitas tahunan. d) sasaran disebarkan ketingkat yang mengambil tindakan. e) pelatihan dilaksanakan pada semua tingkat. f ) pengukuran ditetapkan seluruhnya.  g ) manajer atas sedar teratur meninjau kembali kemajuan dibandingkan dengan sasaran. h enghargaan diberikan untuk performansi terbaik. i) Sistem imbalan (reward system) diperbaiki.
Dengan demikian  dari beberapa pendapat para ahli diatas, dapat di simpulkan tentang Total Quality Management (TQM), bahwa setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan melalui perbaikan kesinambungan, adalah untuk memenuhi atau bahkan melebihi apa yang dibutuhkan (needs), dan yang diharapkan dan diinginkan (desire), oleh pelanggan.



METODE
            Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka. Yakni mengkaji berbagai literatur untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi.

PEMBAHASAN
Fenomena menarik yang perlu dicermati dari lulusan perguruan tinggi adalah ketidak mampuan lulusan itu untuk cepat beradaptasi dengan kebutuhan dunia industri modern. Hal ini berakibat pada tingkat pengangguran lulusan perguruan tinggi dari waktu ke waktu terus meningkat,. Oleh sebab itu terjadinya kesenjangan persepsi antara pengelola perguruan tinggi dalam menghasilkan lulusannya dan pengelola industri untuk menggunakan lulusan perguruan. Penerapan TQM (total quality management) pada sistem pendidikan yang sering disebut sebagai: Total Quality Management (TQM) Perguruan Tinggi diharapkan mampu menghilangkan atau mengurangi tingkat kesenjangan yang ada antara perguruan tinggi dan industri. Penerapan TQM pada perguruan tinggi harus dijalankan atas dasar pengertian dan tanggung jawab bersama untuk mengutamakan efisiensi pendidikan perguruan tinggi dan peningkatan kualitas dari proses pendidikan tinggi. Bersamaan itu, perguruan tinggi harus mampu memberikan hasil produk yang berkualitas. Produk perguruan tinggi utamanya  berbentuk jasa.
Kondisi suatu negara dimasa akan datang, dapat diukur dari bagaimana wajah pendidikan tingginya saat ini. Karena tidak akan mungkin kita berharap kepada orang-orang yang tidak berpendidikan tinggi mengelola sebuah perubahan kearah kemajuan bangsa, tetapi tentunya berharap pada orang-orang yang telah ditempa dalam sebuah labolatorium pendidikan (Perguruan Tinggi) dan memiliki karakter pembaharu,  berbudaya intelektual. Maka perlu ada sebuah model manajemen operasional perguruan tinggi modern, seperti terlihat pada gambar:
wpe5.jpg (23664 bytes)
Gambar 2 Deming dalam Manajemen Pendidikan Tinggi Modern
Sumber data : Vincent Gaspersz, Total Quality Management

Hal ini menunjukkan bahwa penerapan roda Deming dalam manajemen pendidikan tinggi terdiri dari empat komponen utama, yaitu: riset pasar tenaga kerja, desain proses pendidikan tinggi, operasional proses pendidikan tinggi, dan penyerahan lulusan yang kompetitif dan berkualitas ke pasar tenaga kerja. Dalam hal ini diperlukan suatu interaksi tetap antara riset pasar tenaga kerja, desain proses pendidikan tinggi, operasional proses pendidikan tinggi, dan bertanggung jawab menghasilkan lulusan yang kompetitif dan berkualitas ke pasar tenaga kerja, agar perguruan tinggi di Indonesia mampu berkompetisi dalam persaingan global. Berkaitan dengan hal ini, sudah saatnya perguruan tinggi di Indonesia melakukan reorientasi dan redefinisi tujuan dari pendidikan tinggi, bukan sekedar menghasilkan lulusan sebanyak-banyaknya tanpa peduli akan kepuasan pengguna lulusan itu, melainkan juga harus bertanggung jawab untuk menghasilkan output (lulusan) yang kompetitif dan berkualitas agar memuaskan kebutuhan pengguna tenaga kerja terampil berpendidikan tinggi.
Konsekuensi dari pemikiran ini adalah penerapan Total Quality Management (TQM) pada perguruan tinggi di Indonesia harus di jalankan atas dasar pengertian dan tanggung jawab bersama untuk mengutamakan efisiensi pendidikan tinggi dan peningkatan kualitas dari proses pendidikan tinggi itu.   Melalui penerapan roda Deming dalam sistem pendidikan tinggi yang dijalankan secara konsisten, maka perguruan tinggi di Indonesia akan mampu memenangkan persaingan global yang amat sangat kompetitif dan memperoleh manfaat (ekonomis maupun nonekonomis) yang dapat dipergunakan untuk pengembangan perguruan tinggi itu dan peningkatan kesejahteraan pegawai yang terlibat di perguruan tinggi itu.

Kesimpulan
Dalam TQM, konsep mengenai kualitas layanan pelanggan tidak lagi hanya bermakna kesesuian dengan spesifikasi-spesifikasi tertentu, tetapi kualitas tersebut ditentukan oleh pelanggan. Pelanggan itu sendiri meliputi pelanggan internal dan eksternal. Kebutuhan pelanggan diusahakan untuk dipuaskan dalam segala aspek, diantaranya harga, keamanan, kenyamanan dan ketepatan waktu. Penerapan total quality management in education (TQM) harus dijalankan atas dasar pengertian dan tanggung jawab bersama untuk mengutamakan efisiensi pendidikan tinggi dan peningkatan kualitas dari proses pendidikan tinggi.
Sesuai misi Pendidikan Tinggi sebagai pusat ilmu pengetahuan, riset dan pelayanan kemajuan masyarakat terdepan. Maka dalam hal ini BAN selaku pelaksana kendali mutu harus bisa mengikuti perkembangan perubahan global yang setiap waktu menuntut adanya perbaikan dan BAN tidak bisa hanya menganut pada aturan yang ada secara kaku/melihat fakta hanya berdasarkan yang tercatat di atas kertas (fact only by paper) melainkan harus berani meredesign lembaganya untuk peningkatan mutu lembaga yang diakreditasi dengan melihat kinerja yang sedang berjalan/perbaikan yang sudah dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA
Bill Greech, The Five Pillars. New York : Truman Talley Books, 1994.
Cook, Sarah. Customer care Excellence, terjemahan Kemas Ahmad, Jakarta : PPM 2004.
Gaspersz, Vincent D.Sc.,Total Quality Managemen,  Jakarta : Gramedia , 2005.
Hang Zeph Yun,  The Quest For Global Quality singapore  Airlines, Jakarta : Pustaka,1998.
Hardjosoedarmo, Soewarso. Total Quality management, Yogyakarta : Andi, 2004.
Nasution, M.N. Manajemen Mutu Terpad., Bogor : Ghalia Indonesia, 2005.
Tjiptono, Fandy & Anastasia Diana,  Total Quality Management. Yogyakarta : Andi  2005.
Wellington, Patricia. Kaizen Strategies for Costumer Care. Batam : Interaksa, 1998



[1] Dosen Program Studi Manajemen Pendidikan FIP Universitas Negeri Jakarta. E-mail: Desi-Rahmawati@unj.ac.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar