Sudi Kecil
Terlahir dari orang tua
yang berbeda kultur ayahnya Abdul Azis Silalahi yang berasal dari Batak dan
Ibunya Kartonah yang berasal dari Sleman, Yogyakarta. Sudi Silalahi lahir dari
keluarga sederhana di Tanah Jawa, Simalungun, Sumatera Utara, 13 Juli 1949
bertepatan dengan tanggal 17 Ramadhan 1369 Hijriah. Merupakan anak ketujuh dari
sepuluh bersaudara. Sudi melewati masa kecilnya di Tanah Jawa. Mengapa ayahnya
memberi nama Sudi, karena ia ingin si anak benar-benar sudi terhadap kebersahajaan
hidup orang tuanya yang dua kali masuk bui/penjara.
Sebagai anak desa, Sudi
ditempa sejak kecil sebagai orang yang jujur, pekerja keras, dan disiplin,
serta sejak kecil ditempa oleh orangtuanya hidup dalam kebersahajaan dan penuh
keprihatinan. Kendati dalam posisi sebagai kepala nagori (kepala
desa) kepada sepuluh anaknya, sang ayah, Abdul Aziz Silalahi, mendidik
anak-anaknya dalam suasana kesederhanaan, suka bekerja keras, dan banyak
belajar dari alam sekitar.
Ketika masuk sekolah
dasar, Sudi kecil sudah pandai membaca dan menulis, sudah pula lancar mengaji
dan dan bahkan sudah aktif mengajarkan anak-anak yang berusia lebih muda
darinya. Ketika beranjak remaja Sudi bercita-cita untuk bisa bersekolah di ITB.
Oleh sebab itu, ia mulai dari bersekolah di Sekolah Teknik Mesin (STM),
kemudian kelak melanjutkan ke ITB.
Titian Perjalanan Panjang
Ketika lulus SMP ayahnya
mendaftarkan Sudi ke SMA Negeri di Siantar. Bagi Sudi, dengan disekolahkannya
di SMA berarti dia tidak bisa melanjutkan ke ITB. Meski dimasukkan ke sekolah
yang kurang sesuai dengan kehendaknya namun rasa hormat dan patuh terhadap
orang tua menjadi hal paling utama untuk ia kedepankan. Ia pun mejadi siswa SMA
Negeri di Siantar. Sementara, yang terus mengobsesi adalah keinginan untuk
berpindah sekolah dari SMA ke STM, tetapi hal itu dipendam saja dalam perasaan
dan pikirannya, karena ia tidak berani mengatakan pada ayahnya.
Situasi kemudian berubah,
waktu kakak perempuannya yang bermukim di Bandung pulang ke kampung halaman di
Nagori Suhinagodang, Tanah Jawa. Sudi ditawarkan agar mau ikut ke Bandung untuk
tinggal bersama kakaknya di sana. Sebelumnya Sudi menolak tawaran kakanya itu
karena ia ingin membantu keluarga sambil bersekolah di Siantar, tetapi setelah
ia berpikir ulang lagi maka diterimanyalah tawaran dari kakaknya itu. Harapan
yang telah sempat ia kuburkan tentang
bersekolah di STM kemudian mencuat lagi dalam pikirannya. Berangkatlah ia ke
Bandung dan mengajukan berhenti dari SMA Negeri Siantar.
Sesudah mendekati lulus,
baru ia ketahui, bahwa yang ke ITB itu harus lulusan SMA bukan dari STM. Bisa
dibayangkan apa yang terjadi, perasaannya gundah gulana dan pikirannya
berkecamuk. Pupus sudah harapannya untuk lanjut ke ITB. Kemudian ia berpikir
untuk mulai mencari pekerjaan selulus STM nanti.
Selama merantau ikut
kakak perempuan dan bersekolah di Bandung banyak kenangan manis dan member
kesan bagi Sudi Silalahi. Yang paling berkesan itu adalah saat ia pernah
ditawari temannya untuk mejadi loper Koran sebuah Warta Ekonomi dengan
penghasilan yang lumayan. Sambil bersekolah ia menjadi loper koran dan hasil
yang didapatnya digunakan untuk membiayai hidup sekolah, dengan demikian dia
tidak lagi mengandalkan kiriman uang dari orang tuanya.
Setelah lulus dari STM
Sudi mendaftar dan mengikuti ujian masuk menjadi taruna Akabri dan ia mengikuti
berbagai tes sebagai persyaratan yang telah ditentukan. Singkat cerita resmilah
Sudi menjadi taruna militer tahun 1969. Pendidikan Akabri Umum dan Darat
lamanya empat tahun dari mulai tingkat I sampai tingkat IV di Magelang. Sudi
sendiri memilih jurusan yang tentunya berdasarkan latar belakang pendidikannya
waktu STM listrik (elektro), sehingga ia memilih jurusan teknik yang diharapkan
nantinya bisa masuk Kecabangan Perhubungan (CHB) atau Kecabangan Artileri
Perhanan Udara (Arhanud). Ketika mengikuti tes psikologi di tingkat IV hasilnya
Sudi lebih tepat masuk Kecabangan Infanteri. Setelah tiga bulan mengikuti
perkuliahan sesuai kecabangan hasil psikotes, oleh pimpinan dipertimbangkan
adanya peluang orientasi pindah kecabangan. Sudi berpendirian meski awalnya
ingin memilih kecabangan CHB sesuai dengan teknik listrik yang ditekuni, namun
hasil psikotes menentukan bahwa dirinya lebih tepat jurusan tempur pada
kecabangan Infanteri.Pertimbangan lain ia sudah “terlanjur basah” tiga bulan
mengikuti perkuliahan kecabangan Infanteri dan sudah merasakan tepatnya hasil
psikotes dan mulai tumbuh kecintaan terhadap kecabangan Infanteri.
Menemukan Jodoh
Sejak remaja di Bandung
sampai saat menjadi taruna Akabri, Sudi belum tertarik untuk memilih teman
dekat dengan perempuan. Hal ini bisa dimaklumi karena dari sekolah yang
dipilihnya STM, biasanya yang paling dominan itu anak laki-laki dibanding anak
perempuan. Ia baru mulai agak dekat dengan perempuan ketika telah lulus dari
Akabri. Sekali waktu, ketika menjadi taruna di tingkat IV (terkahir) ada
kesempatan untuk studi wisata ke Yogyakarta bersama teman semua angkatan. Dalam
serangkain acara, rombongan studi taruna Akabri singgah mengunjungi kebun
binatang.
Tetapi ada peraturan yang
mengkhususkan para taruna angkatan darat ini tidak diperbolehkan masuk ke kebun
binatang tersebut,karena kondisi di tempat keramaian yang terdapat sarana
hiburan biasanya mendorong orang untuk santai, penuh canda, berleha-leha dan
dikhawatirkan jika taruna yang hadir ditempat itu sikap diri sebagai militer
hilang. Apa boleh buat peraturan wajib dipatuhi. Karena tidak diperbolehkan
masuk ke kebun binatang itu Sudi dititipkan ke rumah bibi salah seorang taruna
untuk sementara beristirahat di sana. Kebetulan keluarga bibi temannya memiliki
anak gadis yang masih duduk di SMP kelas 3. Saat berada di rumah keluarga
tersebut Sudi berkenalan dengan gadis itu kemudian menjadi dekat layaknya kakak
adik.
Ternyata dengan adanya
ketentuan dan larangan bagi Taruna Angkatan Darat mengunjungi tempat hiburan
membawa berkah. Berkahnya ia mendapat teman baru dan khusus yaitu putrid
Purworejo yang tinggal di Yogya yang akhirnya pertemuan mereka terus berlanjut
sampai Sudi ditugaskan ke Palembang. Mereka saling kirim-kiriman surat selama
kurang lebih tiga tahun lamanya. Bukan cuma dekat, rupanya Sudi jatuh hati
kepada gadis itu. Sudi pun merasakan sudah waktunya menyatakan sikap untuk
meminta kepada orang tua si gadis. Singkat cerita, dengan gagahnya Sudi pun
terbang ke Yogyakarta untuk melamar gadis itu.
Tentu saja, orang tua Sri
Rahayu Mulyani tidak serta merta ‘menerima’ permintaan Sudi. Apalagi lelaki
yang meminta berasal dari Sumatra, yang secara cultural berbeda dengan Jawa.
Kemudian Sudi menngunakan kiat-kiat untuk memungkinkan meruntuhkan hati calon
mertuanya. Kemampuan menguasai sekian banyak bahasa daerah menjadi
‘penolongnya’. Dalam pendekatan ke calon mertua ia sengaja bercakap-cakap
dengan ayah mertua yang beretnis Sunda dengan bahasa Sunda, sedang ibu calon
mertua menggunakan bahasa Sunda halus. Permintaan sang perwira muda itu oleh
orang tua si gadis akhirnya diserahkan sepenuhnya kepada anak perempuannya
untuk memutuskan, apakah yang bersangkutan mau atau tidak. Singkat cerita
dipersuntinglah si gadis itu dan mereka di karunia tiga orang anak. Sudi
nampaknya memang menurunkan apa yang juga terjadi dengan ayahnya yang dari
keluarga Batak beristrikan perempuan Jawa.
Penolakan Ulama Jawa Timur
Tidak banyak orang yang
menyangka Sudi Silalahi adalah seorang Muslim yang taat. Sebaliknya, karena
menyandang marga Silalahi, dikira sebagai seorang nonmuslim. Pada awalnya
sebagai Panglima Kodam V Brawijaya, Jawa Timur, ia ditolak oleh para ulama di
Jawa Timur karena dikira nonmuslim. Ia pun dicemooh oleh generasi muda Muslim
yang menolak kehadirannya untuk berceramah, lagi-lagi dikira nonmuslim.
Padahal, ia adalah seorang yang religius sekaligus moderat. Pada akhirnya ulama
tersebut meminta maaf kepada Sudi karena kesalahpahaman tersebut, dan akhirnya
permintaan maaf itu diterima ikhlas dan senang hati oleh Sudi.
Penanganan Kasus Bernuansa Konflik
Kasus Ambon yang terjadi awal tahun
2000 merupakan satu gambaran kelam perjalanan bangsa kita. Entah apa yang jadi
penyebab hingga akhirnya timbul perang saudara di Maluku terjadi. Isu SARA
dijadikan stigma dalam kisruh Ambon selama beberapa tahun. Padahal hubungan
antara umat Islam dan umat Kristen, bahkan pemeluk Hindu atau Budha di
Indonesia ini tidak ada sesuatu yang dipermasalahkan, dan kalaupun ada
diselesaikan dengan musyawarah untuk duduk bersama di atas kesalahpahaman yang
menghormati satu sama lain. tapi yang terjadi Maluku luar biasa karena orang
baku bunuh, baku bakar rumah ibadah, dan praktik kekejian lainnya.
Ketika
menjadi Sekertaris Menko Polkam, Sudi menyempatkan diri datang untuk melihat
kondisi tempat tersebut, dengan didampingi seorang perwira. Guna mencari tahu
perihal simpang siur berita yang sudah diterimanya berdasarkan dari berbagai
informasi. Kejadian pertama yaitu adanya balon terbang yang ditembaki
ramai-ramai oleh tentara Batalyon 143 Sriwijaya. Kemudian ia mendekati arah
sumber tembakan dan langsung meminta komandan pasukan untuk menghentikan
penembakan. Maka upacara penembakan itu pun terhenti.
Setelah
itu ia melanjutkan melanjutkan perjalan kearah bunyi tembakan lain yang
dilakukan oleh Korps Brimob, hal serupa ia lakukan dengan memerintahkan
poasukan Brimob untuk menghentikan penembakan balon udara. Sudi mengusulkan
kepada Menko Polkan, Jendral TNI Susilo Bambang Yudhoyo agar panglima yang di
Maluku dig anti dengan orang yang lebih sesuai, yang memiliki pengalaman
penanganan pembinaan tutorial yang baik. Usulan itu diterima oleh Jendral TNI Susilo Bambang Yudhoyo dan segera
akan dikoordinasikan kepada Panglima TNI, Laksamana TNI Widodo A.S. kemudian diadakan rapat koordinasi terbatas
yang dipimpin oleh Menko Polkam. Sudi menunjuk Mayjen Djoko Santoso untuk menjabat
sebagai panglima Maluku, karena ia mengenal baik potensi kepemimpinan Djoko
Santoso yang pernah menjadi wakilnya itu. Dengan demikian dalam waktu delapan
hari konfil di Maluku yang kurang lebih dua tahun dapat terselesaikan dengan
baik. Melalui cara yang persuasive dan penuh kekeluargaan bersama Gubernur
Maluku dan Kapolda dengan melibatkan tokoh-tokoh pemuka agama Islam dan Kristen
dilakukan langkah-langkah solutif yang menciptakan suasana damai.
Antara Ibadah Dan Tugas
Sosok religiusnya tampak
jelas ketika ia harus memilih di antara dua pilihan yang sulit, pada saat yang
bersamaan ia harus berangkat menunaikan ibadah haji sebagaimana
dicita-citakannya, tetapi pada saat yang sama pula ia harus mengikut pendidikan
di Sesko ABRI.Inilah dilema antara ibadah dan tugas. Namun, keputusannya sudah bulat,
ia memilih menunaikan ibadah haji.
Menjadi Sekretaris Kabinet
Terpilihnya Dr.H.Susilo
Bambang Yudhoyono dan Drs. H. Muhammad Yusuf Kalla sebagai Presiden dan Wakil
Presiden RI pada pemilihan legislatif tahun 2009 menjadika panggilan tugas yang
makin berat bagi Sudi Silalahi. Keterampilannya, dedikasi, loyalitas dan
kapasotas pengetahuan yang dimilikinya menjadikan ia ditunjuk menjadi
Sekretaris Kabinet di era Kabinet Bersatu (KIB) I periode 2004-2009. Tugas
menjadi Sekretaris tidaklah ringan, ia harus bertanggungjawab dalam memberikan
dukungan teknis dan administrasi dalam menyelenggarakan kekuasaan pemerintah,
pengetahuan, dan evaluasi pelaksanaan kebijakan program pemerintah.
Untuk menunaikan ttugas
yang berat itu, naluri semangat kerja kerasnya telah mendorongnya untuk
membangun tata kelola organisasi Sekretariat Kabinet (Setkab)yang optimal.
Secara internal Sudi mengedepankan pol kepemimpinan yang efektif, efisien, dan
bertanggung jawab. Semasa menjabat sebagai Seskab, Sudi Silalahi antara lain memberikan
perhatian besar pada peningkatan kualitas pelayanan administrasi umum di bidang
keuangan, perlengkapan, ketatausahaan, dokumentasi, dan perpustakaan. Berbekal
penglaman dan wawasan pengetahuannya yang cukup luas, serta didukung komitmen
dan kerja kerasnya, kepemimpinan Sudi telah membuahkan kualitas pengelolaan
keuangan kelembagaan dan kearsipan yang prestisius. Selama dalam
kepemimpinannya, pengelolaan keuangan Setkab berhasil meraih opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Pada ranah pengelolaan
arsip, Setkab meraih peringkat kedua tingkat nasional terbaik dalam sistem
pengarsipan surat dan dokumen dari lembaga Arsip Nasional Rebublik Indonesia
(ANRI).
Menjadi Menteri Sekretaris Negara
Keberhasilan
memimpin Sekretaris Kabinet dalam Kabinet Indonesia Bersatu Pertama, dipastikan
menjadi alasan kuat bagi Presiden SBY yang terpilih kembali untuk memberinya
kepercayaan yang lebih besar dalam Kabinet Indonesia Bersatu Kedua, yaitu
sebagai Sekretaris Negara. Kepada seluruh staf bawahannya, Sudi memperkenalkan
empat kredo yaitu, cermat, lengkap,
cepat, dan akuntabel. Dengan keempat kredo itu, Sudi mempimpin langsung
pelaksanaan program 100 hari Kementrian Sekretariat Negara. Dalam 100 hari
seluruh target capaian yang ditugaskan berhasil dilaksanakan dengan baik.
Sebagai
sosok menteri yang berasal dari kalangan professional (nonpartai) dan karakter
nasionalis yang sangat kental dan melekat, Sudi paham betul bahwa tugas yang
diembannya hanya untuk rakyat, bangsa dan negara. Oleh karena itu, Sudi
Silalahi tidak ragu dalam menyikapi secara lugas berbagai isu yang sempat
menerpa dirinya. Beberapa isu anatar lain, kasus renovasi pagar halaman dan
pemasaran/pengadaan security system di
lingkungan istana presiden dan wapres, pengadaan mobil dinas pejabat tinggi
negara, dan pengadaan pesawat keprisidenan.
Kepada kalanngan DPR dan
masyarakat luas, Sudi menegaskan bahwa seluruh kegiatan itu, benar-benar
dilaksanakan dengan sangat transparan . Dengan anggaran yang dimanfaatkan
sepenuhnya dapat dipertanggungjawabkan. Ia menyampaikan tanggapan dan opini
dalam nuansa yang konstruktif dan mencerahkan. Pada kasus pengadaan pesawat
kepresidenan, ia menjelaskan besarnya anggran negara yang bisa hemat, yang
mencapai kisaran lebih dari Rp 100 Milyar pertahun bila memiliki pesawat
kepresidenan. Sudi tidak lupa mengulas pentingnya nilai kebanggan nasional bila
Presiden RI memiliki pesawat kepresidenan sendiri. Tentu saja Sudi juga
menyinggung unsure efisiensi, karena pengadaan pesawat kepresidenan itu dapat
dimanfaatkan untuk presiden selanjutnya.
Aspek lainnya yang
menjadi pusat perhatian Sudi Silalahi adalah penataan asset-aset negara.
Pandangan Sudi dalam konteks mempertahankan asset negara yang harus dimenangkan
dengan perjuangan yang habis-habisan tanpa kompromi.sudi merombak tim di
lingkungan Sekretariat Negara yang bertanggung jawab pada penataan asset
negara, juga terus mengupayakan untuk dilakukan renegosiasi atas berbagai
perjanjian kerja sama pada pemanfaatan asset negara, utamanya untuk sejumlah
perjanjian kerja sama yang dinilai nyata-nyata merugikan negara. Sudi tidak
berhenti menjalin hubungan dengan semua pihak terkait, serta berinteraksi positif
dengan Komisi II DPR RI, untuk bersama-sama mencegah pengelolaan asset yang
dapat merugikan negara, apalagi yang sampai melibatkan hilangnya asset negara.
Singkatan
Riwayat Hidup
Letjen TNI (Purn) H. Sudi Silalahi
I.
Pendidikan
1.
Militer
a. AKABRI Tahun
1969-1972
b. SUSSARCAB IF Tahun 1973
c. SUSDANKI Tahun 1976
d. SUSPASTAF Tahun 1980
e. SUSLAPA IF Tahun 1982-1983
f.
SUSPANUBIKA Tahun
1984
g. SESKOAD Tahun
1987-1988
h. STAF COLLEGE MALAYSIA Tahun 1990
i.
SESKO
ABRI Tahhun
1994
2.
Pendidikan Khusus
LEMHANAS (KSA IX) Tahun
2001
II.
Penugasan Operasi
Operasi
Seroja Tahun
1977-1978
III.
Penugasan ke Luar Negeri
1. Dik Staff College Malaysia
Tahun 1990
2. KKLN Mynmar
Tahun 1994
3. Seminar Philipina
Tahun 1999
4. Delegasi RI Perundingan RI-GAM Jenewa Tahun 2002
5. Kunjungan ke berbagai Negara Asia, Afrika, Amerika
Mendampingi Presiden RI Eropa, Timur
Tengah, Australia (35 Negara)
IV.
Riwayat Kepangkatan
1. Letda TMT
01- 12- 1972
2. Lettu TMT
01- 01- 1975
3. Kapten TMT
01- 07- 1978
4. Mayor TMT
01- 04- 1983
5. Letkol TMT
01- 04- 1989
6. Colonel TMT
01- 04- 1995
7. Brigjen TNI TMT
01- 04- 1996
8. Mayjen TNI TMT 01-
07- 1998
9. Letjen TNI TMT 01-
03- 2002
V.
Riwayat Jabatan
1. Danton Yonif 141 Dam II/SWj Tahun 1973
2. Pasi Kasi 2 Brigif 8/Garuda Merah Tahun 1976
3. Dankima Brigif 8/Garuda Merah Tahun 1978
4. Kasi 4 Yonif 144/JY Tahun
1980
5. Kasi 2 Yonif 144/JY Tahun
1981
6. Gumil Gol VI Pusif AD Tahun
1983
7. Dansat Susdanki Tahun
1983
8. Wadan Satdik Sussarcab IF Tahun 1984
9. Dan Secapa Regif Tahun
1985
10. Dan Sekalihpa TNI AD Tahun
1986
11. Kasi Ter Rem 072/PMK Tahun
1988
12. Pabandya Ops Sopsdam IV/Dip Tahun 1988
13. Dandim 0714/STG Tahun
1991
14. Waas Ops Kasdam IV/Dip Tahun 1992
15. Sespri Kassospol ABRI Tahun
1995
16. Sahli Pangab Bid Inbang Tahun
1996
17. Waas Sospol Kassospol ABRI Tahun 1996
18. Kasdam Jaya Tahun 1997
19. Assospol Kassospol ABRI Tahun
1998
20. Askomsos Kaster TNI Tahun
1998
21. Pangdam V/ Brawijaya Tahun
1999
22. Sesmenko Polkam Tahun
2001
23. Sekretaris Kabinet RI Tahun
2004-2009
24. Menteri Sekretaris Negara RI Tahun
2009-Sekarang
VI.
Tanda Jasa/Kehormatan
1. S.L. Seroja
2. S.L. Dwidyasistha
3. S.L. Kesetiaan XXIV Thn
4. Bintang Kartika Eka Paksi Nararya
5. Bintang Kartika Eka Paksi Pratama
6. Bintang Yudha Dharma Nararya
7. Bintang Yudha Dharma Pratama
VII.
Memasuki Pensiun (Purnawirawan) 1
Agustus 2004
DAFTAR PUSTAKA
Ritonga, HM. Azis, 2011, Jenderal Batak dari Tanah Jawa, Jakarta:
Pustaka Bina Imtaq.
trimakasih gan sudah berbagi ilmu sangat bermanfaat sekali
BalasHapusthank's buat artikelnya,,
PERJALANAN YG PANJANG MENCAPAI KESUKSESAN..
BalasHapusTERIMAKSIH BAPAK...SEMOGA BAPAK SEHAT-SEHAT DAN PANJANG UMUR.GB