BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Pendidikan menjadi
salah satu instrumen penting bagi pembangunan manusia indonesia kini dan di
masa yang akan datang. Untuk menghasilkan manusia Indonesia yang kompetitif
diperlukan perencanaan pendidikan yang baik. Perencanaan memegang peranan penting karena dengan membuat
perencanaan yang baik, berarti secara otomatis sudah mempersiapkan
hal-hal yang akan dikerjakan pada waktu yang akan datang untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Dengan melakukan perencanaan, dapat membantu pencapaian sasaran
pendidikan secara lebih efektif dan efisien. Selain itu juga dalam pelaksanaannya memudahkan untuk
melakukan monitoring dan evaluasi. Oleh karenanya
perencanaan sebagai langkah awal
dalam
fungsi manajemen menempati
posisi yang amat menentukan
keberhasilan pelaksanaan pendidikan.
Salah satu
indikator keberhasilan pelaksanaan pendidikan yang muaranya ada di institusi
pendidikan yang dalam hal ini adalah sekolah dapat diukur dari banyaknya
lulusan yang dihasilkan oleh sekolah selama periode waktu tertentu dengan
menggunakan perbandingan antara siswa yang masuk (masukan) dan siswa yang lulus
(keluaran). Ini dikenal
dengan istilah efisiensi internal.
Untuk mengetahui
tingkat efisiensi
internal di sekolah dapat
dicari dengan cara mengkaji arus siswa, yaitu dengan melihat jumlah siswa yang masuk dan jumlah siswa yang lulus dari suatu
jenjang pendidikan. Suatu kegiatan dikatakan efisien jika diperoleh hasil
maksimum dari masukan yang ada. Jika
rasio masukan dan keluaran diperoleh angka sesuai lama pendidikan yang diharuskan (untuk SD 6 tahun
dan untuk SMP/SMA 3 tahun, maka hal itu berarti penyelenggaraan
pendidikan efisien),
tetapi jika hasilnya menjauh dari angka ideal, maka hal itu berarti terjadi pemborosan dalam
penyelenggaraan pendidikan di sekolah tersebut.
Program studi
(prodi) manajemen pendidikan merupakan salah prodi yang juga memiliki concern untuk mendiseminasikan hasil
kajian keilmuan melalui pengabdian yang dilakukan ke sekolah-sekolah. Salah
satu program pengabdian yang akan diberikan ke yayasan Al-Hikmah (mulai jenjang
pendidikan dasar sampai menengah) adalah pelatihan melakukan analisis efisiensi
internal penyelenggaraan pendidikan melalui penelusuran kohort.
Yayasan Al Hikmah Pulogadung
Jakarta timur Sebagai suatu lembaga Pendidikan yang sudah berdiri
sejak 1984. Yayasan Al-Hikmah menyelenggarakan pendidikan formal dari tingkat PAUD
sampai dengan SMA. Akan tetapi di dalam yayasan tersebut belum pernah melakukan
analisis efisiensi internal, sehingga penulis memutuskan untuk melakukan
pelatihan di yayasan tersebut.
B.
Perumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang ada, maka dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana melakukan analisis efisiensi internal penyelenggaraan
pendidikan di Yayasan Pendidikan Islam Al-Hikmah Jakarta?
C. Urgensi Kegiatan
1.
Memberikan pengetahuan kepada guru dan kepala sekolah tentang efisiensi internal
penyelenggaraan pendidikan.
2.
Memberikan bimbingan kepada guru dan kepala sekolah dalam menyusun efisiensi internal
penyelenggaraan pendidikan, dan
3.
Membantu sekolah melalui pendampingan dalam penyempurnaan
pembuatan efisiensi
internal penyelenggaraan pendidikan di tingkat satuan pendidikan masing-masing.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Perencanaan Pendidikan
Perencanaan merupakan salah satu fungsi dari manajemen
yang memegang peranan penting dalam menentukan arah dan target yang ingin
dicapai oleh sebuah organisasi. Ada istilah mengatakan bahwa gagal dalam
merencanakan sama saja dengan merencanakan kegagalan. Itulah sebabnya perencanaan menjadi
salah satu aspek yang harus diperhatikan betul oleh setiap organisasi. Perencanaan tidak lain merupakan kegiatan untuk
menetapkan tujuan yang akan dicapai beserta cara-cara untuk mencapai tujuan
tersebut. Pendidikan pun membutuhkan perencanaan dalam pencapaian
tujuannya. Perencanaan pendidikan pada dasarnya merupakan suatu usaha mengalokasikan sumber daya pendidikan secara
efisien, adil dan rasional.
Secara lebih rinci berikut dijelaskan mengenai konsep perencanaan pendidikan
dari para ahli.
|
Philip
H. Coombs di lain pihak, menjelaskan perencanaan pendidikan sebagai:
Educational planning deals with
the future, drawing enlightenment from the past. It is the springboard for
future decisions and actions, but it is more than a mere blueprint. Planning is
a continuous process,concerned not only with where to go but with how to get
there and by what best route. Its work does not cease when a plan gets on paper
and has won approval. Planning, to be effective, must be concerned with its own
implementation-with progress made or not made, with unforeseen obstacles that
arise and with how to overcome them.[2]
Dikatakan oleh Coombs bahwa perencanaan pendidikan berkaitan dengan masa depan. Perencanaan merupakan proses yang berkesinambungan, yang tidak hanya menetapkan tujuan, tetapi juga memberikan gambaran bagaimana menuju ke sana dan dengan cara apa. Perencanaan tidak cukup hanya dituliskan di atas kertas dan disepakati bersama, akan tetapi agar lebih efektif, harus dilihat hingga implementasi – seperti apa kemajuan yang sudah dicapai, apa hambatannya dan bagaimana cara mengatasinya.
Selanjutny menurut International Institute for Educational Planning (IIEP) mendefinisikan perencanaan pendidikan sebagai:
Educational planning is a systematic process through which an entity (country, region, district, autonomous education institution10, national NGO) defines critical and prioritised long, medium or short-term educational objectives by a process involving a rolling set of related steps: (i) assessing its past development and identifying problems and constraints faced; (ii) examining alternative policies and strategies to achieve objectives, based on specific programmes, projects and lines of action; (iii) setting targets for each specific objective; (iv) costing alternative strategies and selecting a preferred strategy taking into account the feasibility and sustainability of funding as well as all other constraints and limitations; and (v) planning and monitoring the implementation of such a plan.[3]
Dalam modul IIEP tersebut, dijelaskan bahwa Perencanaan pendidikan merupakan proses yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan tujuan pendidikan (jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek) dengan langkah- langkah meliputi: ( i ) mengidentifikasi masalah dan kendala yang dihadapi ; ( ii ) menyusun strategi untuk mencapai tujuan; ( iii ) menetapkan target untuk setiap tujuan tertentu ; ( iv ) memilih strategi yang tepat dengan mempertimbangkan kelayakan dan keberlanjutan pendanaan serta segala kendala dan keterbatasan lainnya ; dan ( v ) pemantauan pelaksanaan rencana tersebut.
Dari
definisi-definisi
di atas, dapat dipahami beberapa unsur penting yang terkandung dalam
perencanaan pendidikan, yaitu: (1) dalam perencanaan pendidikan ada penggunaan
analisis yang rasional dan sistematis,
maksudnya adalah bahwa perencanaan pendidikan dewasa ini telah
berkembang pesat dengan berbagai pendekatan dan metodologinya yang rumit dan
semakin kompleks; (2) dalam perencanaan pendidikan terkandung makna proses
pembangunan dan pengembangan pendidikan sebagai tujuannya, maksudnya adalah
bahwa perencanaan pendidikan itu dilakukan dalam rangka reformasi pendidikan
dari status yang sekarang menuju kepada kondisi yang dicita-citakan; (3) dalam
perencanaan pendidikan ada prinsip efektivitas dan efisiensi, yakni bahwa dalam perencanaan
pendidikan, pemikiran secara ekonomis sangat penting; dan (4) Tujuan akhir
perencanaan pendidikan adalah untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan masyarakat
dan peserta didik, maksudnya adalah perencanaan pendidikan itu adalah mencakup
aspek internal dan eksternal dari sistem pendidikan itu sendiri.
Selanjutnya Udin Syaefudin Sa’ud dan Abin Syamsudin Makmun menguraikan ciri-ciri dari perencanaan
pendidikan yaitu:
1.
Suatu
proses intelektual yang berkesinambungan dalam menganalisis, merumuskan, dan
menimbang serta memutuskan dengan keputusan yang diambil harus mempunyai
konsistensi (taat asas) internal dan berhubungan secara sistematis dengan
keputusan-keputusan lain, baik dalam bidang-bidang itu sendiri maupun dalam
bidang-bidang lain dalam pembangunan, dan tidak ada batas waktu untuk satu
jenis kegiatan, serta tidak harus selalu satu kegiatan mendahului dan didahului
oleh kegiatan lain.
2.
Selalu
memperhatikan masalah, kebutuhan, situasi, dan tujuan serta keadaan
perekonomian.
3.
Tujuannya adalah
menyusun kebijaksanaan dan menggariskan strategi pendidikan yang sesuai dengan
kebijakan pemerintah.
4.
Sebagai perintis
dalam kegiatan pembangunan, harus bisa melihat jauh ke depan, bersifat
inovatif, kuantitatif dan kualitatif.
Dari
beberapa konsep yang sudah disebutkan
di atas, dapat disintesiskan bahwa
perencanaan
pendidikan merupakan proses
mempersiapkan kegiatan yang bersifat
inovatif di masa yang
akan datang dengan melalui tahap-tahap tertentu dan menganalisa lingkungan
internal dan eksternal dalam upaya pencapaian sasaran pembangunan
pendidikan.
B.
Kohort
Pada bidang pendidikan, istilah kohort
digunakan untuk menggambarkan arus siswa dalam suatu sistem pendidikan, yaitu
berupa bagan yang berisi data tentang
siswa yang masuk mulai di tingkat satu sampai mereka tamat/lulus mengikuti
program pendidikannya sebagaimana diungkapkan oleh IIEP bahwa “a cohort school is defined as a group of students who enter the first
grade (form) of a given cycle in the same school year and subsequently
experience promotion, repetition, dropout or successfull completion of the
final grade, as the case maybe.”[5]
Bagan
ini memuat data tentang jumlah siswa baru, jumlah seluruh siswa pada setiap
tingkat, jumlah siswa naik tingkat, jumlah
siswa tinggal kelas/mengulang, jumlah siswa putus sekolah, dan jumlah siswa lulus.
Terdapat beberapa kegunanan kohort siswa
jika dilihat dari kepentingan perencanaan dan manajemen sekolah yaitu untuk:
1.
Menemukan permasalahan penyelenggaraan
pendidikan di sekolah dengan lebih mudah dan lebih cepat.
2.
Menemukan situasi dan kondisi pendidikan di sekolah untuk keperluan perencanaan.
3.
Memudahkan para pengawas sekolah melihat
kondisi siswa di masing-masing sekolah yang menjadi tanggung jawabnya guna
melakukan perbaikan.
4.
Membantu mempermudah melakukan upaya
perbaikan manajemen sekolah oleh kepala sekolah.
5.
Melaporkan keadaan siswa di suatu
sekolah secara cepat dan mudah dilihat kepada para pengawas, jajaran birokrasi
pendidikan, masyarakat dan para pemerhati pendidikan lainnya.
6.
Membantu perencana pendidikan menemukan
permasalahan pendidikan di sekolah dengan mudah dan cepat yang sangat berguna
untuk memudahkan melakukan diagnosis yang diperlukan dalam penyusunan rencana
pendidikan.
Untuk dapat membuat kohort lengkap yang
menggambarkan arus siswa mulai masuk ke dalam sistem pendidikan (mulai masuk di
kelas I) sampai mereka tamat pendidikannya (lulus kelas VI untuk SD, dan kelas
III untuk sekolah menengah) maka diperlukan data pendidikan sedikitnya selama enam tahun berturut-turut untuk SD/MI dan tiga tahun untuk SMP, SMA, SMK, dan
MA.
Data yang diperlukan untuk dapat membuat
kohort meliputi jumlah siswa baru, jumlah siswa per tingkat, jumlah siswa naik
tingkat dan
tamat, jumlah siswa tinggal kelas/mengulang,
dan jumlah siswa putus sekolah. Data tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam
bagan yang masih kosong sesuai dengan tahun dan mengikuti kolom-kolom yang sudah tersedia.
C.
Efisiensi Internal
Efisiensi merupakan salah satu bidang kajian manajemen yang hingga saat ini masih sangat relevan untuk dikaitkan
dengan pendidikan. Efisensi diartikan sebagai “efficiency is
a measure of the inputs required for each unit of output.”[6]
Dikatakan Boddy bahwa efisiensi terkait seberapa banyak masukan yang dibutuhkan
untuk menghasilkan keluaran tertentu. Jadi, keluaran itu akan sangat bergantung
pada masukan yang ada.
Sedangkan Robbin and Coulter
mengartikan efisiensi sebagai ”efficiency doing
things right, or getting the most output from the least amount of inputs”[7]
Dikatakan
bahwa efisiensi terkait bagaimana menghasilkan keluaran sebanyak-banyaknya dari
masukan yang sedikit. Hal ini bermakna bahwa suatu kegitan dikatakan efisien
jika dengan usaha yang sekecil-kecilnya,baik dari segi pikiran, tenaga, waktu,
penggunaan fasilitas, dll dapat memberi hasil sebanyak-banyaknya, baik dari
segi kualitas maupun kuantitas. Agar lebih mudah difahami, dapat digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 1. Efisien
Dari gambar tersebut dapat terlihat bahwa dari segi
usaha, maka usaha huruf C adalah yang efisien karena memenuhi standar dari segi usaha sedangkan dari segi hasil, maka Hasil
huruf C adalah efisien karena menunjukkan perbandingan yang terbaik ditinjau
dari segi hasil.
Dari dua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa dengan sedikit
pengeluaran biaya, sarana, tenaga, dan
waktu tetapi yang dikehendaki tercapai seperti yang sudah ditetapkan bahkan melebihi. Efisiensi
penyelenggaraan pendidikan diartikan sebagai penghematan terhadap penggunaan
sumber daya yang dimiliki sekolah yaitu penghematan terhadap penggunaan tenaga
pendidik dan tenaga kependidikan,
penghematan terhadap pemanfaatan sarana dan prasarana pendidikan,
penghematan terhadap penggunaan biaya pendidikan, dan penghematan terhadap
penggunaan waktu dalam melakukan proses
pendidikan guna mencapai tujuan pendidikan.
Sedangkan efisiensi internal diartikan sebagai penghematan yang
terjadi di lingkungan internal sekolah ketika siswa masih aktif belajar dan yang
bersangkutan masih menjadi tanggung jawab pihak
sekolah. Efisiensi internal diukur dari banyaknya lulusan yang dihasilkan oleh
sekolah selama periode waktu tertentu dengan menggunakan perbandingan antara
siswa yang masuk (masukan) dan siswa yang lulus (keluaran). Periode waktu untuk siswa sekolah dasar adalah 6 tahun, sedangkan untuk siswa sekolah menengah 3 tahun. Jika rata-rata jumah tahun ajaran yang diperlukan untuk menghasilkan satu lulusan
lebih dari periode yang ditetapkan (lebih dari 6 tahun untuk SD dan lebih dari
3 tahun untuk SMP dan SMA) atau rasio masukan dan
keluaran menjauh dari angka 1, maka hal itu menandakan terjadinya pemborosan dalam penyelenggaraan
pendidikan di sekolah tersebut.
Untuk mencari efisiensi internal
penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan diperoleh dengan cara mengkaji
arus siswa, yaitu dengan melihat masukan dan keluaran dari suatu jenjang
pendidikan. Misalnya pada Sekolah
Menengah Pertama,
jumlah siswa yang lulus ditelusuri
mulai dari tingkat I naik ke tingkat II,
dan naik ke tingkat III sampai yang bersangkutan lulus. Suatu kegiatan dikatakan efisien jika diperoleh hasil maksimum dari masukan yang
ada. Adapun teknik
untuk mencari tingkat efisiensi internal dapat dilakukan melalui penelusuran
kohort yaitu dengan menelusuri arus siswa pada kohort angka nominal dan dengan menggunakan kohort angka asumsi.
Mencari tingkat efisiensi dengan menelusuri kohort angka nominal dengan menggunakan tiga indikator yang
masing-masing indikator dapat diukur
dengan perhitungan sebagai berikut:
a. Lulusan
yang merupakan koefisien dari kelompok siswa yang masuk mulai tingkat I disimbolkan dengan huruf “L”.
Untuk dapat mencari nilai L, ada dua
rumus yang digunakan yaitu: rumus mencari koefisien siswa melanjutkan pada
suatu tingkat pada satu tahun yang
disimbolkan dengan “n”, dan rumus mencari koefisien lulusan itu sendiri yang
disimbolkan dengan “ L”. Rumus umum untuk mencari nilai n adalah:
J (K+1,
T+1)
n =
J (K,T)
Keterangan:
n = Koefisien siswa yang naik tingkat
K = Kelas yang bersangkutan
T = Tahun yang bersangkutan
J = Jumlah siswa dalam suatu tingkat
Sebagai contoh
untuk dapat
mencari nilai n untuk siswa SMP
yakni n-1,
n-2, dan n-3
dibutuhkan bantuan kohort angka nominal
seperti gambar di
bawah ini.
|
|
|
Gambar
2. Contoh Kohort SMP
Angka Nominal
Langkah-langkah
penyelesaian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a.
Mencari nilai koefisien melanjutkan
Untuk mencari nilai koefisien
melanjutkan kita dapat menghitungnya sebagai berikut:
n(KT)1 = Kelas 2
Kelas 1
= 149
145
= 1,02
|
n(KT)2 = Kelas 3
Kelas 2
= 142
149
= 0.953
|
n(KT)3 = Lulus
Kelas
3
= 139
142
= 0.978
Selanjutnya untuk mencari koefisien lulusan (L), yaitu dengan rumus: L = n-1 x n-2 x n-3.
Dengan diketahui nilai koefisien n-1 sampai dengan n-3 di atas, maka mudah untuk mencari
koefisien lulusan (L) yaitu dengan
melakukan perkalian n-1 x n-2 x n-3 sehingga koefisien lulusan
(L) adalah: L = 1,02 x 0.953 x 0.978 = 0.958.
Ini berarti bahwa lulusan siswa yang masuk mulai tingkat I pada tahun 2012/2013 pada kohort tersebut adalah 95,8% dari keseluruhan siswa.
Penyelenggaraan pendidikan dikatakan efisien jika koefisien lulusan mendekati angka 100%. Semakin menjauh dari angka 100% maka
dinyatakan semakin tidak efisien ( semakin boros).
b. Mencari Rata-rata Jumlah Tahun Ajaran yang
Dialami Oleh Siswa yang Masuk Mulai di Tingkat I Dengan Simbol “P”. Untuk mencari rata-rata jumlah tahun
ajaran yang dialami oleh siswa yang masuk mulai di tingkat I dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
P = 1+ b-1 + b-2 + b-3
+ b-4 + b-5 untuk SD, dan
P = 1 + b-1 + b-2 untuk
SMP atau SMA.
Untuk dapat menggunakan rumus di
atas, terlebih dahulu harus dicari nilai
b-1 sampai dengan b-2.
Berikut cara perhitungannya:
Kelas
|
Koefisien naik kelas
n(KT)
|
Koefisien yang melanjutkan
b(KT)
|
1
|
1,027
|
1 x 1,027 = 1,027
|
2
|
0.953
|
1,027 x
0.953 = 0, 979
|
3
|
0.978
|
0.979 x 0.978
= 0.958
|
Jika
nilai b sudah diketahui, langkah selanjutnya adalah menghitung nilai P yaitu P
= 1 + 1,027 + 0.979 = 3,006.
c. Rata-rata
Jumlah Tahun Ajaran yang Perlu Diberikan Untuk Menghasilkan Satu Lulusan terhitung
Mulai Tingkat I (H).
Untuk mencari nilai rata-rata jumlah
tahun ajaran yang perlu diberikan untuk
menghasilkan satu lulusan terhitung mulai tingkat I adalah dengan
menggunakan bantuan dua indikator sebelumnya yaitu lulusan yang merupakan seperberapa
bagian dari kelompok siswa yang masuk mulai tingkat I dan rata-rata jumlah tahun ajaran yang dialami
siswa yang masuk mulai tingkat I sampai mereka lulus. Rumusnya adalah sebagai berikut:
P
H =
L
Dari contoh soal di
atas dapat dihitung rata-rata jumlah
tahun ajaran yang perlu diberikan untuk menghasilkan satu lulusan terhitung
mulai tingkat I adalah
H(T) =
|
P(T)
|
L(T)
|
=
3,006
0.958
= 3,136
Dengan
demikian diketahui bahwa rata-rata jumlah tahun ajaran yang perlu diberikan
untuk menghasilkan satu lulusan
lebih dari 3 tahun. Penyelenggaraan
pendidikan dikatakan efisien jika nilai H untuk SD/MI adalah 6 tahun dan untuk SMP/SMA/SMK/MA adalah 3 tahun. Semakin
mendekat ke angka 6 untuk SD/MI dan angka
3 untuk SMP/SMA/SMK/MA, maka semakin efisien
penyelenggaraan pendidikan tersebut. Sebaliknya, jika nilai P semakin menjauh
dari angka itu, maka penyelenggaraan pendidikan semakin tidak efisien.
BAB
III
METODE KEGIATAN
A. Sasaran
Khalayak sasaran kegiatan ini adalah para guru dan kepala sekolah yang berada di Yayasan
Pendidikan Islam Al-Hikmah.
B. Metode yang
digunakan
Metode yang digunakan dalam kegiatan ini, pertama
dilaksanakan melalui kegiatan pemberian wawasan tentang efisiensi internal melalui metode ceramah, brainstorming
dan tanya jawab. Dari kegiatan ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan
peningkatan pengetahuan para peserta terkait konsep kohort dan efisiensi internal. Kedua
dilaksanakan melalui kegiatan workshop yang dipandu oleh nara sumber melalui
metode diskusi dan praktek menyusun efisiensi
internal, dari kegiatan ini
diharapkan sekolah dapat
menghitung tingkat efisiensi internal sekolahnya.
C. Keterkaitan
Kegiatan ini memiliki keterkaitan erat dengan aspek biaya
dan sarana prasarana yang digunakan. Dengan mengetahui tingkat efisiensi
internal penyelenggaraan pendidikan, yakni dengan menghitung berapa tahun yang
dibutuhkan siswa untuk lulus dalam suatu jenjang pendidikan mulai ia masuk
hingga lulus, jika jumlah tahun yang dibutuhkan sesuai dengan yang seharusnya
ia menempuh jenjang pendidikan tertentu maka semakin efisienlah penyelenggaraan
pendidikan, dampaknya adalah adanya penghematan dalam pembiayaan dan juga
dengan lulus tepat waktu maka memberikan kesempatan bagi calon siswa baru untuk
dapat bersekolah di tempat tersebut.
D.
Rancangan Evaluasi
|
E.
Jadwal Pelaksanaan
NO
|
KEGIATAN
|
BULAN
|
|
||||||||||||||
|
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
Penyusunan Proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Izin Kegiatan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Perekrutan Peserta
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Pelaksanaan Kegiatan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
Penyusunan laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6
|
Finalisasi Laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Kegiatan
Kegiatan
PKM bertempat di Yayasan Islam
Al-Hikmah,
Pulogadung Jakarta Timur. Yayasan Islam Al-Hikmah beralamat di Jl. Jatibarang V Kelurahan Jati,
Kecamatan Pulogadung Jakarta Timur. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Jumat, 30 Oktober 2015 mulai pukul
09.00 s.d 15.00 WIB.
Peserta yang hadir terlebih dahulu mengisi daftar hadir
dan selanjutnya masuk ke dalam kelas. Peserta juga diberikan handout yang berisi materi tentang: arti
kohort, arti efisiensi internal, bagan kohort dan arti lambang kohort, dan
formula mencari efisiensi intenral dengan menggunakan kohort nominal. Setelah
peserta hadir, baik guru maupun kepala sekolah SD, MI, SMP, dan SMA dan ketua
yayaan hadir, maka pelatihanpun dimulai. Kegiatan diawali pembukaan oleh MC, dilanjutkan sambutan dari ketua YPI
Al-Hikmah, Bapak Fatahillah, MM yang menyambut baik kegiatan pelatihan analisis
efisiensi internal melalui penelusuran kohort untuk mengetahui tingkat
efisiensi penyelenggaraan pendidikan di tiap sekolah sehingga menjadi bahan
pertimbangan dalam penyusunan program sekolah. Setelah dibuka oleh ketua
yayasan, kegiatan dilanjutkan dengan pelaksanaan pelatihan yang difasilitasi
oleh Dr. Desi Rahmawati, M. Pd.
|
Untuk mengukur tingkat efisiensi, ada tiga indikator yang
diperlukan, yaitu:
1)
Lulusan
yang merupakan seperberapa bagian/koefisien dari kelompok siswa yang masuk
mulai kelas 1. Untuk perhitungan ini harus ditentukan terlebih dahulu koefisien
siswa yang melanjutkan pada suatu tingkat pada suatu tahun (n). Rumus perhitungannya adalah sebagai berikut:
JS
(K+1, T+1)
n =
JS (K,T)
Dimana: n
= koefisien siswa naik tingkat.
JS =
jumlah siswa pada suatu tingkat.
K =
tingkat yang bersangkutan
T =
tahun yang bersangkutan.
+1 =
tingkat untuk tahun berikutnya.
kemudian barulah menentukan koefisien lulusan (L(T)).
yaitu
hasil perkalian dari koefisien yang naik tingkat sampai
dengan yang lulus. untuk mencari koefisien lulusan SD
adalah L = n-1 x n-2 x n-3 x n-4 x n-5 x
n-6 dan
untuk mencari koefisien lulusan SMP/SMA/SMK/MA yaitu L = n-1 x n-2 x n-3.
2)
Rata-rata
jumlah tahun ajaran yang dialami oleh seorang siswa yang masuk mulai tingkat 1
(P(T)). Untuk mencari rata-rata jumlah tahun
ajaran yang dialami oleh siswa yang masuk mulai di tingkat I adalah menggunakan
rumus sebagai berikut:
P = 1+ b-1 + b-2 + b-3
+ b-4 + b-5 untuk SD/MI, dan
P = 1 + b-1 + b-2 untuk
SMP/SMA/SMK/MA.
3)
Rata-rata jumlah tahun ajaran yang perlu
diberikan untuk menghasilkan satu lulusan terhitung mulai tingkat I (H(T)).
Perhitungannya
adalah sebagai berikut:
P
H =
L
Dengan mengetahui tingkat efisiensi internal
penyelenggaraan pendidikan, yakni dengan menghitung berapa tahun yang
dibutuhkan siswa untuk lulus dalam suatu jenjang pendidikan mulai ia masuk
hingga lulus, jika jumlah tahun yang dibutuhkan sesuai dengan yang seharusnya
ia menempuh jenjang pendidikan tertentu maka semakin efisienlah penyelenggaraan
pendidikan, dampaknya adalah adanya penghematan dalam pembiayaan dan juga
dengan lulus tepat waktu maka memberikan kesempatan bagi calon siswa baru untuk
dapat bersekolah di tempat tersebut.
Setelah pemberian wawasan selesai dilaksanakan,
selanjutnya dilakukan brainstorming dilanjutkan
dengan Ishoma. Setelah selesai Ishoma, kegiatan berikutnya para peserta mulai
berlatih menghitung efisiensi internal berdasarkan contoh yang diberikan oleh
fasilitator. Dalam pelaksanaan, para peserta antusias untuk berlatih menghitung
efisiensi internal secara kelompok kecil yang berjumlah 3-4 orang per kelompok.
Dan selanjutnya fasilitator mengecek hasil perkerjaan mereka. Setelah
masing-masing kelompok berlatih menghitung efisiensi internal, maka sebelum
kegiatan pelatihan ditutup, para guru dan kepala sekolah diberi “oleh-oleh”
untuk menghitung efisiensi internal di satuan pendidikan masing-masing sehingga
dari hasil perhitungannya dapat ditindaklanjuti untuk perbaikan mutu pendidikan
di waktu-waktu yang akan datang.
Secara
menyeluruh hasil evaluasi rangkaian kegiatan di YPI Al-Hikmah sudah terlaksana mulai
dari pemberian wawasan tentang
kohort, efisiensi internal dan cara menghitung efisinsi
internal sampai dengan praktek menghitung efisiensi internal, para peserta
antusias dan akhirnya mengetahui cara menghitung efisiensi internal dan
manfaatnya dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.
A.
Faktor
Pendukung dan Penghambat
Dalam melaksanakan pelatihan ini, tak luput dari faktor pendukung
dan penghambat, diantaranya yaitu
:
1.
Faktor Pendukung
a.
Dukungan
dari pihak yayasan berupa kesediaan membuka kegiatan pelatihan
dan mengajak para guru dan kepala sekolah untuk mengikuti pelatihan tersebut.
b.
Kerjasama
dan semangat peserta selama proses pelatihan, sehingga pelatihan berjalan
sesuai rencana dan mencapai target yang diharapkan.
c.
Waktu
pelatihan yang bisa diikuti oleh para peserta, sehingga peserta dapat mengikuti
pelatihan hingga selesai.
2. Faktor Penghambat.
Dalam pelaksanaan kegiatan ini, dirasakan beberapa faktor
penghambat, diantaranya:
a.
Dana
yang disediakan cukup terbatas.
b.
Data
siswa yang dimiliki oleh sekolah kurang lengkap, yang lengkap hanya data siswa
SD. sehingga sulit dalam menyusun kohort dan menghitung efisiensi internal.
B.
Tindak
Lanjut
Adapun tindak
lanjut yang diharapkan dari pelatihan ini adalah:
1.
Perlu ada pelatihan lanjutan untuk memantapkan kemampuan guru dan
kepala sekolah dalam menganalisis hasil perhitungan efisiensi internal
penyelenggaraan pendidikan.
2.
Perlu ada pendataan siswa yang rapi dan lengkap di tiap
sekolah, sehingga memudahkan dalam menyusunan kohort dan penghitungan efisiensi
internal.
BAB
V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Pelatihanan ini diikuti oleh 30 peserta yang berasal dari
guru dan kepala sekolah SD, MI, SMP, dan SMA. Kegiatan yang dibuka oleh ketua
yayasan Al-Hikmah dan difasilitasi oleh satu orang fasilitator mendapat
sambutan baik dari para guru dan kepala sekolah, terlihat dari antusias mereka
dalam mengikuti pelatihan hingga selesai. Pelatihan ini merupakan hal baru bagi
mereka, karena para peserta belum pernah mendapatkan materi terkait kohort dan
efisiensi internal sebelumnya.
Setelah mereka dapat menghitung efisiensi internal
penyelenggaraan pendidikan di sekolah masing-masing, diharapkan mereka
mengetahui tingkat efisiensi penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikannya
dan selanjutnya dapat melakukan
penghematan dalam pembiayaan penyelenggaraan pendidikan maupun ketersediaan
sarana dan prasarana pendukung belajar.
B.
Saran
1. Tiap sekolah disarankan memiliki data siswa yang lengkap
minimal 6 tahun terakhir bagi SD/MI dan 3 tahun terakhir bagi SMP/SMA/SMK/MA,
yang meliputi: jumlah murid baru, jumlah siswa seluruhnya di tiap tingkat,
jumlah siswa putus sekolah di tiap tingkat, jumlah siswa mengulang di tiap
tingkat, jumlah siswa naik tingkat, dan jumlah siswa lulus.
2. Tiap sekolah sebaiknya memiliki kohort siswa untuk
memudahkan melihat arus siswa dari masuk hingga lulus dan melakukan perhitungan
efisiensi internal secara konsisten.
|
||||
|
DAFTAR PUSTAKA
Coombs, Philip H. Apakah Perencanaan Pendidikan Itu?.
Terjemahan Istiwidyanti. Jakarta: Bhratara Karya Aksara, 1987.
Enoch, Jusuf. Dasar-dasar Perencanaan Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
Indar,
H.M. Djumberansyah. Perencanaan
Pendidikan: Strategi & Implementasinya, 1990.
Matin, Perencanaan Pendidikan, Jakarta:
Rajagrafindo, 2011.
Module
1, Educational Planning for Development: Approaches and Challenges, Distance Education
Programme on
Education Sector Planning, International Institute For
Educational Planning (IIEP) UNESCO, 2012.
Module
2, Satistics for Educational Planning, International Institute For
Educational Planning (IIEP) UNESCO, 2012.
Sa’ud,
Udin Syaefudin dan Abin Syamsuddin Makmun. Perencanaan
Pendidikan Suatu Pendekatan komprehensif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.
Steller, Arthur W, Educational Planning For Educational Success,
Indiana: Phi Delta Kappa, 1980.
Sunarya,
Endang. Teori Perencanaan Pendidikan
Berdasarkan Pendekatan Sistem, Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2000.
Vembriarto,
ST. Pengantar Perencanaan Pendidikan.
Jakarta: Grasindo, 1993.
[1] Udin
Syaefudin Sa’ud dan Abin Syamsudin Makmun, Perencanaan
Pendidikan: Suatu Pendekatan Komprehensif (Bandung:Remaja Rosdakarya,
2007), h. 8.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar