Rabu, 20 April 2016

PKM EFISIENSI INTERNAL DI YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM AL-HIKMAH










BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Pendidikan menjadi salah satu instrumen penting bagi pembangunan manusia indonesia kini dan di masa yang akan datang. Untuk menghasilkan manusia Indonesia yang kompetitif diperlukan perencanaan pendidikan yang baik. Perencanaan memegang peranan penting karena dengan membuat perencanaan yang baik, berarti secara otomatis sudah mempersiapkan hal-hal yang akan dikerjakan pada waktu yang akan datang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan melakukan perencanaan, dapat membantu pencapaian sasaran pendidikan secara lebih efektif dan efisien. Selain itu juga dalam pelaksanaannya memudahkan untuk melakukan monitoring dan evaluasi. Oleh karenanya perencanaan sebagai langkah awal dalam fungsi manajemen menempati posisi yang amat menentukan keberhasilan pelaksanaan pendidikan.
Salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan pendidikan yang muaranya ada di institusi pendidikan yang dalam hal ini adalah sekolah dapat diukur dari banyaknya lulusan yang dihasilkan oleh sekolah selama periode waktu tertentu dengan menggunakan perbandingan antara siswa yang masuk (masukan) dan siswa yang lulus (keluaran). Ini dikenal dengan istilah efisiensi internal.
Untuk mengetahui tingkat efisiensi internal di sekolah dapat dicari dengan cara mengkaji arus siswa, yaitu dengan melihat jumlah siswa yang masuk dan jumlah siswa yang lulus dari suatu jenjang pendidikan. Suatu kegiatan dikatakan efisien jika diperoleh hasil maksimum dari masukan yang ada. Jika rasio masukan dan keluaran diperoleh angka sesuai lama pendidikan yang diharuskan (untuk SD 6 tahun dan untuk SMP/SMA 3 tahun, maka hal itu berarti penyelenggaraan pendidikan efisien), tetapi jika hasilnya menjauh dari angka ideal, maka hal itu berarti terjadi pemborosan dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah tersebut.
Program studi (prodi) manajemen pendidikan merupakan salah prodi yang juga memiliki concern untuk mendiseminasikan hasil kajian keilmuan melalui pengabdian yang dilakukan ke sekolah-sekolah. Salah satu program pengabdian yang akan diberikan ke yayasan Al-Hikmah (mulai jenjang pendidikan dasar sampai menengah) adalah pelatihan melakukan analisis efisiensi internal penyelenggaraan pendidikan melalui penelusuran kohort.
Yayasan Al Hikmah Pulogadung Jakarta timur Sebagai suatu lembaga Pendidikan yang sudah berdiri sejak 1984. Yayasan Al-Hikmah menyelenggarakan pendidikan formal dari tingkat PAUD sampai dengan SMA. Akan tetapi di dalam yayasan tersebut belum pernah melakukan analisis efisiensi internal, sehingga penulis memutuskan untuk melakukan pelatihan di yayasan tersebut.

B.     Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada, maka dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana melakukan analisis efisiensi internal penyelenggaraan pendidikan di Yayasan Pendidikan Islam Al-Hikmah Jakarta?

C. Urgensi Kegiatan
1.       Memberikan pengetahuan kepada guru dan kepala sekolah tentang efisiensi internal penyelenggaraan pendidikan.
2.       Memberikan bimbingan kepada guru dan kepala sekolah dalam menyusun efisiensi internal penyelenggaraan pendidikan, dan
3.       Membantu sekolah melalui pendampingan dalam penyempurnaan pembuatan efisiensi internal penyelenggaraan pendidikan di tingkat satuan pendidikan masing-masing.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Perencanaan Pendidikan
Perencanaan merupakan salah satu fungsi dari manajemen yang memegang peranan penting dalam menentukan arah dan target yang ingin dicapai oleh sebuah organisasi. Ada istilah mengatakan bahwa gagal dalam merencanakan sama saja dengan merencanakan  kegagalan. Itulah sebabnya perencanaan menjadi salah satu aspek yang harus diperhatikan betul oleh setiap organisasi. Perencanaan tidak lain merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai beserta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Pendidikan pun membutuhkan perencanaan dalam pencapaian tujuannya. Perencanaan pendidikan pada dasarnya merupakan suatu usaha mengalokasikan sumber daya pendidikan secara efisien, adil dan rasional. Secara lebih rinci berikut dijelaskan mengenai konsep perencanaan pendidikan dari para ahli.
3
 
Guruge dalam Sa’ud mendefinisikan perencanaan pendidikan sebagai ”the process of preparing decisions for action in the future in the field of educational development is the function of educational planning.[1] Dikatakan bahwa perencanaan pendidikan merupakan proses mempersiapkan keputusan-keputusan untuk kegiatan masa depan di bidang pembangunan pendidikan adalah tugas dari perencanaan pendidikan.  Sementara  Albert Waterston dalam  Sa’ud juga menjelaskan konsep perencanaan pendidikan sebagai: “functional planning involves  the application choices  among feasible cources  of educational investment and the other development actions based on a considerations of economic and social  cost  and benefits.” Menurutnya bahwa perencanaan  pendidikan merupakan kegiatan menentukan pilihan-pilihan di antara berbagai alternatif yang ada berdasarkan kelayakannya dalam investasi pendidikan dan kegiatan-kegiatan pembangunan lainnya dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial serta keuntungan-keuntungan yang mungkin diperoleh.
Philip H. Coombs di lain pihak, menjelaskan perencanaan pendidikan sebagai:
Educational planning deals with the future, drawing enlightenment from the past. It is the springboard for future decisions and actions, but it is more than a mere blueprint. Planning is a continuous process,concerned not only with where to go but with how to get there and by what best route. Its work does not cease when a plan gets on paper and has won approval. Planning, to be effective, must be concerned with its own implementation-with progress made or not made, with unforeseen obstacles that arise and with how to overcome them.[2]

            Dikatakan oleh Coombs bahwa perencanaan pendidikan berkaitan dengan masa depan. Perencanaan merupakan proses yang berkesinambungan, yang tidak hanya menetapkan tujuan, tetapi juga memberikan gambaran bagaimana menuju  ke sana dan dengan cara apa. Perencanaan  tidak cukup hanya dituliskan di atas kertas dan disepakati bersama, akan tetapi agar lebih efektif, harus dilihat hingga implementasi – seperti apa kemajuan yang sudah dicapai, apa hambatannya dan bagaimana cara mengatasinya.
            Selanjutny menurut International Institute for Educational Planning (IIEP) mendefinisikan perencanaan pendidikan sebagai:
Educational planning is a systematic process through which an entity (country, region, district, autonomous education institution10, national NGO) defines critical and prioritised long, medium or short-term educational objectives by a process involving a rolling set of related steps: (i) assessing its past development and identifying problems and constraints faced; (ii) examining alternative policies and strategies to achieve objectives, based on specific programmes, projects and lines of action; (iii) setting targets for each specific objective; (iv) costing alternative strategies and selecting a preferred strategy taking into account the feasibility and sustainability of funding as well as all other constraints and limitations; and (v) planning and monitoring the implementation of such a plan.[3]
 
Dalam modul IIEP tersebut, dijelaskan bahwa Perencanaan pendidikan merupakan proses yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan tujuan pendidikan (jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek) dengan langkah- langkah meliputi: ( i ) mengidentifikasi masalah dan kendala yang dihadapi ; ( ii ) menyusun strategi untuk mencapai tujuan; ( iii ) menetapkan target untuk setiap tujuan tertentu ; ( iv ) memilih strategi yang tepat dengan mempertimbangkan kelayakan dan keberlanjutan pendanaan serta segala kendala dan keterbatasan lainnya ; dan ( v ) pemantauan pelaksanaan rencana tersebut.
Dari definisi-definisi di atas, dapat dipahami beberapa unsur penting yang terkandung dalam perencanaan pendidikan, yaitu: (1) dalam perencanaan pendidikan ada penggunaan analisis yang rasional dan sistematis,  maksudnya adalah bahwa perencanaan pendidikan dewasa ini telah berkembang pesat dengan berbagai pendekatan dan metodologinya yang rumit dan semakin kompleks; (2) dalam perencanaan pendidikan terkandung makna proses pembangunan dan pengembangan pendidikan sebagai tujuannya, maksudnya adalah bahwa perencanaan pendidikan itu dilakukan dalam rangka reformasi pendidikan dari status yang sekarang menuju kepada kondisi yang dicita-citakan; (3) dalam perencanaan pendidikan ada prinsip efektivitas dan efisiensi, yakni bahwa dalam perencanaan pendidikan, pemikiran secara ekonomis sangat penting; dan (4) Tujuan akhir perencanaan pendidikan adalah untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan masyarakat dan peserta didik, maksudnya adalah perencanaan pendidikan itu adalah mencakup aspek internal dan eksternal dari sistem pendidikan itu sendiri. 
Selanjutnya Udin Syaefudin Sa’ud dan Abin Syamsudin Makmun menguraikan ciri-ciri dari perencanaan pendidikan yaitu:
1.      Suatu proses intelektual yang berkesinambungan dalam menganalisis, merumuskan, dan menimbang serta memutuskan dengan keputusan yang diambil harus mempunyai konsistensi (taat asas) internal dan berhubungan secara sistematis dengan keputusan-keputusan lain, baik dalam bidang-bidang itu sendiri maupun dalam bidang-bidang lain dalam pembangunan, dan tidak ada batas waktu untuk satu jenis kegiatan, serta tidak harus selalu satu kegiatan mendahului dan didahului oleh kegiatan lain.
2.      Selalu memperhatikan masalah, kebutuhan, situasi, dan tujuan serta keadaan perekonomian.
3.      Tujuannya adalah menyusun kebijaksanaan dan menggariskan strategi pendidikan yang sesuai dengan kebijakan pemerintah.
4.      Sebagai perintis dalam kegiatan pembangunan, harus bisa melihat jauh ke depan, bersifat inovatif, kuantitatif dan kualitatif.
5.      Selalu memperhatikan dan menganalisa faktor lingkungan, baik internal maupun eksternal.[4]

Dari beberapa konsep yang sudah disebutkan di atas, dapat disintesiskan bahwa perencanaan pendidikan merupakan proses mempersiapkan kegiatan yang bersifat inovatif di masa yang akan datang dengan melalui tahap-tahap tertentu dan menganalisa lingkungan internal dan eksternal dalam upaya pencapaian sasaran pembangunan pendidikan.

B.     Kohort
       Pada bidang pendidikan, istilah kohort digunakan untuk menggambarkan arus siswa dalam suatu sistem pendidikan, yaitu berupa bagan yang berisi data tentang   siswa yang masuk mulai di tingkat satu sampai mereka tamat/lulus mengikuti program pendidikannya sebagaimana diungkapkan oleh IIEP bahwa “a cohort school is defined as a group of students who enter the first grade (form) of a given cycle in the same school year and subsequently experience promotion, repetition, dropout or successfull completion of the final grade, as the case maybe.”[5] Bagan ini memuat data tentang jumlah siswa baru, jumlah seluruh siswa pada setiap tingkat, jumlah siswa naik tingkat, jumlah siswa tinggal kelas/mengulang, jumlah siswa putus sekolah, dan jumlah siswa lulus.
       Terdapat beberapa kegunanan kohort siswa jika dilihat dari kepentingan perencanaan dan manajemen sekolah yaitu untuk:
1.      Menemukan permasalahan penyelenggaraan pendidikan di sekolah dengan lebih mudah dan lebih cepat.
2.      Menemukan situasi dan kondisi   pendidikan di  sekolah untuk keperluan perencanaan.
3.      Memudahkan para pengawas sekolah melihat kondisi siswa di masing-masing sekolah yang menjadi tanggung jawabnya guna melakukan perbaikan.
4.      Membantu mempermudah melakukan upaya perbaikan manajemen sekolah oleh kepala sekolah.
5.      Melaporkan keadaan siswa di suatu sekolah secara cepat dan mudah dilihat kepada para pengawas, jajaran birokrasi pendidikan, masyarakat dan para pemerhati pendidikan lainnya.
6.      Membantu perencana pendidikan menemukan permasalahan pendidikan di sekolah dengan mudah dan cepat yang sangat berguna untuk memudahkan melakukan diagnosis yang diperlukan dalam penyusunan rencana pendidikan.
        Untuk dapat membuat kohort lengkap yang menggambarkan arus siswa mulai masuk ke dalam sistem pendidikan (mulai masuk di kelas I) sampai mereka tamat pendidikannya (lulus kelas VI untuk SD, dan kelas III untuk sekolah menengah) maka diperlukan data pendidikan sedikitnya  selama enam tahun berturut-turut untuk SD/MI dan tiga tahun untuk SMP, SMA, SMK, dan MA.
        Data yang diperlukan untuk dapat membuat kohort meliputi jumlah siswa baru, jumlah siswa per tingkat, jumlah siswa naik tingkat dan tamat, jumlah siswa tinggal kelas/mengulang, dan jumlah siswa putus sekolah. Data tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam bagan yang masih kosong sesuai dengan tahun dan mengikuti kolom-kolom yang sudah tersedia.

C.    Efisiensi Internal
Efisiensi merupakan salah satu bidang kajian manajemen yang hingga saat ini masih sangat relevan untuk dikaitkan dengan pendidikan. Efisensi diartikan sebagai “efficiency is a measure of the inputs required for each unit of output.”[6] Dikatakan Boddy bahwa efisiensi terkait seberapa banyak masukan yang dibutuhkan untuk menghasilkan keluaran tertentu. Jadi, keluaran itu akan sangat bergantung pada masukan yang ada.
Sedangkan Robbin and Coulter mengartikan efisiensi sebagai ”efficiency doing things right, or getting the most output from the least amount of inputs”[7] Dikatakan bahwa efisiensi terkait bagaimana menghasilkan keluaran sebanyak-banyaknya dari masukan yang sedikit. Hal ini bermakna bahwa suatu kegitan dikatakan efisien jika dengan usaha yang sekecil-kecilnya,baik dari segi pikiran, tenaga, waktu, penggunaan fasilitas, dll dapat memberi hasil sebanyak-banyaknya, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Agar lebih mudah difahami, dapat digambarkan sebagai berikut:
 









Gambar 1. Efisien
Dari gambar tersebut dapat terlihat bahwa dari segi usaha, maka usaha huruf C adalah yang efisien karena memenuhi standar dari segi usaha sedangkan dari segi hasil, maka Hasil huruf C adalah efisien karena menunjukkan perbandingan yang terbaik ditinjau dari segi hasil.
Dari dua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa dengan sedikit pengeluaran  biaya, sarana, tenaga, dan waktu tetapi yang dikehendaki tercapai seperti yang sudah ditetapkan bahkan melebihi. Efisiensi penyelenggaraan pendidikan diartikan sebagai penghematan terhadap penggunaan sumber daya yang dimiliki sekolah yaitu penghematan terhadap penggunaan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan,   penghematan terhadap pemanfaatan sarana dan prasarana pendidikan, penghematan terhadap penggunaan biaya pendidikan, dan penghematan terhadap penggunaan  waktu dalam melakukan proses pendidikan guna mencapai tujuan pendidikan.
Sedangkan efisiensi internal diartikan sebagai penghematan yang terjadi di lingkungan internal sekolah ketika siswa masih aktif belajar dan yang bersangkutan  masih menjadi tanggung jawab pihak sekolah. Efisiensi internal diukur dari banyaknya lulusan yang dihasilkan oleh sekolah selama periode waktu tertentu dengan menggunakan perbandingan antara siswa yang masuk (masukan) dan siswa yang lulus (keluaran). Periode waktu untuk siswa sekolah dasar adalah  6 tahun, sedangkan untuk siswa sekolah  menengah 3 tahun.  Jika rata-rata jumah tahun ajaran yang diperlukan untuk menghasilkan satu lulusan lebih dari periode yang ditetapkan (lebih dari 6 tahun untuk SD dan lebih dari 3 tahun untuk SMP dan SMA) atau rasio masukan dan keluaran menjauh dari angka 1, maka hal itu menandakan terjadinya pemborosan dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah tersebut.
          Untuk mencari efisiensi internal penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan diperoleh dengan cara mengkaji arus siswa, yaitu dengan melihat masukan dan keluaran dari suatu jenjang pendidikan. Misalnya pada Sekolah Menengah Pertama,  jumlah siswa yang lulus ditelusuri mulai dari  tingkat I naik ke tingkat II, dan naik ke tingkat III sampai  yang bersangkutan lulus.  Suatu kegiatan dikatakan efisien jika  diperoleh hasil maksimum dari masukan yang ada. Adapun teknik untuk mencari tingkat efisiensi internal dapat dilakukan melalui penelusuran kohort yaitu dengan menelusuri arus siswa pada kohort angka nominal dan dengan menggunakan kohort angka asumsi. Mencari tingkat efisiensi dengan menelusuri kohort angka nominal dengan menggunakan tiga indikator yang masing-masing indikator dapat diukur  dengan perhitungan sebagai berikut:
a.       Lulusan yang merupakan koefisien dari kelompok siswa yang masuk mulai tingkat I disimbolkan dengan huruf “L”.
         Untuk dapat mencari nilai L, ada dua rumus yang digunakan yaitu: rumus mencari koefisien siswa melanjutkan pada suatu tingkat pada  satu tahun yang disimbolkan dengan “n”, dan rumus mencari koefisien lulusan itu sendiri yang disimbolkan dengan “ L”. Rumus umum untuk mencari nilai n adalah:   
                                       J (K+1, T+1)
                            n   =                         
                                                          J (K,T)
Keterangan:
     n = Koefisien siswa yang naik tingkat
     K =  Kelas yang bersangkutan
     T = Tahun yang bersangkutan
     J = Jumlah siswa dalam suatu tingkat
          Sebagai contoh untuk dapat mencari nilai n untuk siswa SMP yakni n-1, n-2, dan n-3 dibutuhkan bantuan kohort angka nominal  seperti gambar di bawah ini.
2013/2014
 
2014/2015
 
2012/2013
 
           
Gambar 2.  Contoh Kohort  SMP Angka Nominal
Langkah-langkah penyelesaian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Mencari nilai koefisien melanjutkan
Untuk mencari nilai koefisien melanjutkan kita dapat menghitungnya sebagai berikut:
n(KT)1      = Kelas 2
                            Kelas 1
                 = 149
                    145
= 1,02

n(KT)2      = Kelas 3
                    Kelas 2
                 = 142
                    149
= 0.953
n(KT)3      = Lulus
                    Kelas 3
                = 139
                    142
= 0.978
         Selanjutnya untuk mencari  koefisien lulusan (L), yaitu dengan rumus: L = n-1 x n-2 x n-3. Dengan diketahui nilai koefisien n-1 sampai dengan n-3 di atas, maka mudah untuk mencari koefisien lulusan (L)  yaitu dengan melakukan  perkalian   n-1 x n-2 x n-3 sehingga koefisien lulusan (L)  adalah: L = 1,02 x 0.953 x 0.978 = 0.958. Ini berarti bahwa lulusan siswa yang masuk mulai tingkat I pada tahun 2012/2013 pada kohort tersebut adalah 95,8% dari keseluruhan siswa. Penyelenggaraan pendidikan dikatakan efisien jika koefisien lulusan mendekati angka 100%. Semakin menjauh dari angka 100% maka dinyatakan semakin tidak efisien ( semakin boros).
b.      Mencari Rata-rata Jumlah Tahun Ajaran yang Dialami Oleh Siswa yang Masuk Mulai di Tingkat I Dengan Simbol “P”. Untuk mencari rata-rata jumlah tahun ajaran yang dialami oleh siswa yang masuk mulai di tingkat I dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
P = 1+ b-1 + b-2 + b-3 + b-4 + b-5  untuk SD, dan
P = 1 + b-1 + b-2 untuk SMP atau SMA.
       Untuk dapat menggunakan rumus di atas,  terlebih dahulu harus dicari nilai b-1 sampai dengan b-2. Berikut cara perhitungannya:
Kelas
Koefisien naik kelas
n(KT)
Koefisien yang melanjutkan
b(KT)
1
1,027
1        x 1,027 = 1,027
2
0.953
1,027 x 0.953 = 0, 979
3
0.978
0.979 x 0.978 = 0.958

Jika nilai b sudah diketahui, langkah selanjutnya adalah menghitung nilai P yaitu P = 1 + 1,027 + 0.979  =  3,006.
c.       Rata-rata Jumlah Tahun Ajaran yang Perlu Diberikan Untuk Menghasilkan Satu Lulusan terhitung Mulai Tingkat I (H).
       Untuk mencari nilai rata-rata jumlah tahun ajaran yang perlu diberikan untuk  menghasilkan satu lulusan terhitung mulai tingkat I adalah dengan menggunakan bantuan dua indikator sebelumnya yaitu lulusan yang merupakan seperberapa bagian dari kelompok siswa yang masuk mulai tingkat I dan  rata-rata jumlah tahun ajaran yang dialami siswa yang masuk mulai tingkat I sampai mereka lulus. Rumusnya  adalah sebagai  berikut:
                  P
       H  =
                  L

Dari contoh soal di atas  dapat dihitung rata-rata jumlah tahun ajaran yang perlu diberikan untuk menghasilkan satu lulusan terhitung mulai tingkat I adalah
H(T)     =
P(T)
L(T)
                                =      3,006
                                        0.958

                                =     3,136

Dengan demikian diketahui bahwa rata-rata jumlah tahun ajaran yang perlu diberikan untuk menghasilkan satu lulusan lebih dari 3 tahun.  Penyelenggaraan pendidikan dikatakan efisien jika nilai H untuk SD/MI adalah 6 tahun  dan untuk SMP/SMA/SMK/MA adalah 3 tahun. Semakin mendekat  ke angka 6  untuk SD/MI dan angka 3 untuk SMP/SMA/SMK/MA, maka semakin efisien penyelenggaraan pendidikan tersebut. Sebaliknya, jika nilai P semakin menjauh dari angka itu, maka penyelenggaraan pendidikan semakin tidak efisien.


BAB III
METODE KEGIATAN

A. Sasaran
Khalayak sasaran kegiatan ini adalah para guru dan kepala sekolah yang berada di Yayasan Pendidikan Islam Al-Hikmah.

B. Metode yang digunakan
Metode yang digunakan dalam kegiatan ini, pertama dilaksanakan melalui kegiatan pemberian wawasan tentang efisiensi internal melalui metode ceramah, brainstorming dan tanya jawab. Dari kegiatan ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan peningkatan pengetahuan para peserta terkait konsep kohort dan efisiensi internal. Kedua dilaksanakan melalui kegiatan workshop yang dipandu oleh nara sumber melalui metode diskusi dan praktek menyusun efisiensi internal, dari kegiatan ini diharapkan sekolah dapat menghitung tingkat efisiensi internal sekolahnya.
C. Keterkaitan
Kegiatan ini memiliki keterkaitan erat dengan aspek biaya dan sarana prasarana yang digunakan. Dengan mengetahui tingkat efisiensi internal penyelenggaraan pendidikan, yakni dengan menghitung berapa tahun yang dibutuhkan siswa untuk lulus dalam suatu jenjang pendidikan mulai ia masuk hingga lulus, jika jumlah tahun yang dibutuhkan sesuai dengan yang seharusnya ia menempuh jenjang pendidikan tertentu maka semakin efisienlah penyelenggaraan pendidikan, dampaknya adalah adanya penghematan dalam pembiayaan dan juga dengan lulus tepat waktu maka memberikan kesempatan bagi calon siswa baru untuk dapat bersekolah di tempat tersebut.
D. Rancangan Evaluasi
13
 
Evaluasi dilakukan tiga tahap yaitu diawal, selama proses berlangsung, dan di akhir kegiatan. Di awal kegiatan sebelum pelatihan berlangsung, evaluasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal peserta pelatihan terkait penghitungan efisiensi internal pendidikan, selain itu juga terkait kesiapan peserta yang ikut, bahan pelatihan, serta sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Selama proses berlangsung evaluasi dilakukan terhadap metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan, dan di akhir kegiatan evaluasi dilakukan terhadap tingkat ketercapaian tujuan pengabdian. Indikator keberhasilan kegiatan ini adalah peserta dapat menyusun efisiensi internal dan selanjutnya melakukan analisis terhadap hasil penghitungan dengan bantuan kohort siswa.
E. Jadwal Pelaksanaan
NO
KEGIATAN
BULAN



I
II
III
IV


















1
Penyusunan Proposal
















2
Izin Kegiatan
















3
Perekrutan Peserta
















4
Pelaksanaan Kegiatan
















5
Penyusunan laporan
















6
Finalisasi Laporan























BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


A.  Hasil Kegiatan
Kegiatan PKM bertempat di Yayasan Islam Al-Hikmah, Pulogadung Jakarta Timur. Yayasan Islam Al-Hikmah beralamat di Jl. Jatibarang V Kelurahan Jati, Kecamatan Pulogadung Jakarta Timur. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Jumat, 30 Oktober 2015 mulai pukul 09.00 s.d 15.00 WIB.
Peserta yang hadir terlebih dahulu mengisi daftar hadir dan selanjutnya masuk ke dalam kelas. Peserta juga diberikan handout yang berisi materi tentang: arti kohort, arti efisiensi internal, bagan kohort dan arti lambang kohort, dan formula mencari efisiensi intenral dengan menggunakan kohort nominal. Setelah peserta hadir, baik guru maupun kepala sekolah SD, MI, SMP, dan SMA dan ketua yayaan hadir, maka pelatihanpun dimulai. Kegiatan diawali pembukaan oleh MC, dilanjutkan sambutan dari ketua YPI Al-Hikmah, Bapak Fatahillah, MM yang menyambut baik kegiatan pelatihan analisis efisiensi internal melalui penelusuran kohort untuk mengetahui tingkat efisiensi penyelenggaraan pendidikan di tiap sekolah sehingga menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan program sekolah. Setelah dibuka oleh ketua yayasan, kegiatan dilanjutkan dengan pelaksanaan pelatihan yang difasilitasi oleh Dr. Desi Rahmawati, M. Pd.
15
 
Untuk mengetahui pemahaman awal peserta terkait materi pelatihan, yakni terkait istilah kohort dan efisiensi internal maka fasilitator melakukan tanya jawab dengan mereka. Dari hasil tanya jawab, sebagian besar peserta belum familiar dengan istilah-istilah tersebut, terlebih lagi menghitung efisiensi internal penyelenggaraan pendidikan. Maka dari itu narasumber terlebih dahulu menjelaskan konsep-konsep dari perencanaan pendidikan, kohort, efisiensi internal, serta kegunaan dari hasil perhitungan efisiensi internal untuk peningkatan mutu sekolah. Narasumber menjelaskan bahwa efisiensi interrnal adalah penghematan yang terjadi di lingkungan internal sekolah pada waktu siswa masih aktif di sekolah. Efisiensi internal diukur dari banyaknya lulusan yang dihasilkan oleh sekolah selama periode waktu tertentu dengan menggunakan perbandingan antara siswa yang masuk (masukan) dan siswa yang lulus (keluaran). Untuk mencari tingkat efisiensi internal dapat dilakukan melalui penelusuran kohort. Kohort ialah satu angkatan siswa yang masuk dari mulai kelas 1 sampai tamat sekolah, untuk mengisi kohort yang ada, data yang dibutuhkan antara lain jumlah murid baru, jumlah siswa seluruhnya di tiap tingkat, jumlah siswa putus sekolah di tiap tingkat, jumlah siswa mengulang di tiap tingkat, dan jumlah siswa naik tingkat. Data tersebut untuk jenjang SD/MI paling tidak 6 tahun terakhir, dan untuk jenjang SMP/SMA/SMK/MA paling tidak 3 tahun terakhir.
Untuk mengukur tingkat efisiensi, ada tiga indikator yang diperlukan, yaitu:
1)     Lulusan yang merupakan seperberapa bagian/koefisien dari kelompok siswa yang masuk mulai kelas 1. Untuk perhitungan ini harus ditentukan terlebih dahulu koefisien siswa yang melanjutkan pada suatu tingkat pada suatu tahun (n).  Rumus perhitungannya adalah sebagai berikut:

                                         JS (K+1, T+1)
                            n   =                         
                                                          JS (K,T)

         Dimana:  n   =  koefisien siswa naik tingkat.
                       JS  =  jumlah siswa pada suatu tingkat.
                        K   =  tingkat yang bersangkutan
                        T   =  tahun yang bersangkutan.
                       +1  =  tingkat untuk tahun berikutnya.
kemudian barulah menentukan koefisien lulusan (L(T)). yaitu hasil perkalian dari koefisien yang naik tingkat sampai dengan yang lulus. untuk mencari koefisien lulusan SD adalah  L = n-1 x n-2 x n-3 x n-4 x n-5 x n-6   dan   untuk mencari koefisien lulusan SMP/SMA/SMK/MA yaitu L = n-1 x n-2 x n-3.
2)      Rata-rata jumlah tahun ajaran yang dialami oleh seorang siswa yang masuk mulai tingkat 1 (P(T)). Untuk mencari rata-rata jumlah tahun ajaran yang dialami oleh siswa yang masuk mulai di tingkat I adalah menggunakan rumus sebagai berikut:
P = 1+ b-1 + b-2 + b-3 + b-4 + b-5  untuk SD/MI, dan
P = 1 + b-1 + b-2 untuk SMP/SMA/SMK/MA.

3)      Rata-rata jumlah tahun ajaran yang perlu diberikan untuk menghasilkan satu lulusan terhitung mulai tingkat I (H(T)).
Perhitungannya adalah sebagai berikut:
                  P
       H  =
                  L

Dengan mengetahui tingkat efisiensi internal penyelenggaraan pendidikan, yakni dengan menghitung berapa tahun yang dibutuhkan siswa untuk lulus dalam suatu jenjang pendidikan mulai ia masuk hingga lulus, jika jumlah tahun yang dibutuhkan sesuai dengan yang seharusnya ia menempuh jenjang pendidikan tertentu maka semakin efisienlah penyelenggaraan pendidikan, dampaknya adalah adanya penghematan dalam pembiayaan dan juga dengan lulus tepat waktu maka memberikan kesempatan bagi calon siswa baru untuk dapat bersekolah di tempat tersebut.
Setelah pemberian wawasan selesai dilaksanakan, selanjutnya dilakukan brainstorming dilanjutkan dengan Ishoma. Setelah selesai Ishoma, kegiatan berikutnya para peserta mulai berlatih menghitung efisiensi internal berdasarkan contoh yang diberikan oleh fasilitator. Dalam pelaksanaan, para peserta antusias untuk berlatih menghitung efisiensi internal secara kelompok kecil yang berjumlah 3-4 orang per kelompok. Dan selanjutnya fasilitator mengecek hasil perkerjaan mereka. Setelah masing-masing kelompok berlatih menghitung efisiensi internal, maka sebelum kegiatan pelatihan ditutup, para guru dan kepala sekolah diberi “oleh-oleh” untuk menghitung efisiensi internal di satuan pendidikan masing-masing sehingga dari hasil perhitungannya dapat ditindaklanjuti untuk perbaikan mutu pendidikan di waktu-waktu yang akan datang.   
Secara menyeluruh hasil evaluasi rangkaian kegiatan di YPI Al-Hikmah sudah terlaksana mulai dari pemberian wawasan tentang kohort, efisiensi internal dan cara menghitung efisinsi internal sampai dengan praktek menghitung efisiensi internal, para peserta antusias dan akhirnya mengetahui cara menghitung efisiensi internal dan manfaatnya dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.    

A.    Faktor Pendukung dan Penghambat
Dalam melaksanakan pelatihan ini, tak luput dari faktor pendukung dan penghambat, diantaranya yaitu :
1.      Faktor Pendukung
a.       Dukungan dari pihak yayasan berupa kesediaan membuka kegiatan pelatihan dan mengajak para guru dan kepala sekolah untuk mengikuti pelatihan tersebut.
b.      Kerjasama dan semangat peserta selama proses pelatihan, sehingga pelatihan berjalan sesuai rencana dan mencapai target yang diharapkan.
c.       Waktu pelatihan yang bisa diikuti oleh para peserta, sehingga peserta dapat mengikuti pelatihan hingga selesai.
2.  Faktor Penghambat.
Dalam pelaksanaan kegiatan ini, dirasakan beberapa faktor penghambat, diantaranya:
a.       Dana yang disediakan cukup terbatas.
b.      Data siswa yang dimiliki oleh sekolah kurang lengkap, yang lengkap hanya data siswa SD. sehingga sulit dalam menyusun kohort dan menghitung efisiensi internal.

B.     Tindak Lanjut
Adapun tindak lanjut yang diharapkan dari pelatihan ini adalah:
1.      Perlu ada pelatihan lanjutan untuk memantapkan kemampuan guru dan kepala sekolah dalam menganalisis hasil perhitungan efisiensi internal penyelenggaraan pendidikan.
2.      Perlu ada pendataan siswa yang rapi dan lengkap di tiap sekolah, sehingga memudahkan dalam menyusunan kohort dan penghitungan efisiensi internal.





BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
Pelatihanan ini diikuti oleh 30 peserta yang berasal dari guru dan kepala sekolah SD, MI, SMP, dan SMA. Kegiatan yang dibuka oleh ketua yayasan Al-Hikmah dan difasilitasi oleh satu orang fasilitator mendapat sambutan baik dari para guru dan kepala sekolah, terlihat dari antusias mereka dalam mengikuti pelatihan hingga selesai. Pelatihan ini merupakan hal baru bagi mereka, karena para peserta belum pernah mendapatkan materi terkait kohort dan efisiensi internal sebelumnya.
Setelah mereka dapat menghitung efisiensi internal penyelenggaraan pendidikan di sekolah masing-masing, diharapkan mereka mengetahui tingkat efisiensi penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikannya dan selanjutnya  dapat melakukan penghematan dalam pembiayaan penyelenggaraan pendidikan maupun ketersediaan sarana dan prasarana pendukung belajar.

B.     Saran
1.      Tiap sekolah disarankan memiliki data siswa yang lengkap minimal 6 tahun terakhir bagi SD/MI dan 3 tahun terakhir bagi SMP/SMA/SMK/MA, yang meliputi: jumlah murid baru, jumlah siswa seluruhnya di tiap tingkat, jumlah siswa putus sekolah di tiap tingkat, jumlah siswa mengulang di tiap tingkat, jumlah siswa naik tingkat, dan jumlah siswa lulus.
2.      Tiap sekolah sebaiknya memiliki kohort siswa untuk memudahkan melihat arus siswa dari masuk hingga lulus dan melakukan perhitungan efisiensi internal secara konsisten. 

20
 
16
 
 

 

DAFTAR PUSTAKA

Coombs, Philip H. Apakah Perencanaan Pendidikan Itu?. Terjemahan Istiwidyanti. Jakarta: Bhratara Karya Aksara, 1987.
Enoch, Jusuf. Dasar-dasar Perencanaan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
Indar, H.M. Djumberansyah. Perencanaan Pendidikan: Strategi & Implementasinya, 1990.
Matin, Perencanaan Pendidikan, Jakarta: Rajagrafindo, 2011.
Module 1, Educational Planning for Development: Approaches and Challenges, Distance Education Programme on Education Sector Planning, International Institute For Educational Planning (IIEP) UNESCO, 2012.
Module 2, Satistics for Educational Planning, International Institute For Educational Planning (IIEP) UNESCO, 2012.
Sa’ud, Udin Syaefudin dan Abin Syamsuddin Makmun. Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan komprehensif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.
Steller, Arthur W, Educational Planning For Educational Success, Indiana: Phi Delta Kappa, 1980.
Sunarya, Endang. Teori Perencanaan Pendidikan Berdasarkan Pendekatan Sistem, Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2000.
Vembriarto, ST. Pengantar Perencanaan Pendidikan. Jakarta: Grasindo, 1993.


[1] Udin Syaefudin Sa’ud dan Abin Syamsudin Makmun, Perencanaan Pendidikan: Suatu Pendekatan Komprehensif (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2007), h. 8.
[2] Philip H. Coombs, What is Educational Planning (Paris: Unesco, 1970), h. 14.
[3] IIEP Unesco, Module 1: Educational Planning for Development (Paris: Unesco, 2012), h. 26.
[4] Udin Syaefudin Sa’ud dan Abin Syamsudin Makmun, op.cit., hh 12-13.
[5] IIEP Unesco, Module 2: Statistics for Educational Planning (Paris: Unesco, 2012), h. 26.
[6] David Boddy, Management: An Introduction (England: Pearson Education, 2008), h. 713.
[7] Stephen P. Robbin and Mary Coulter, Management (New Jersey: Person, 2012), h. 8.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar